Selasa, 03 Juni 2014

Ironi One Direction

Ironi One Direction *

Beredar berita di media infotainment beberapa hari lalu menyebutkan bahwa One Direction sebuah boy band asal Inggris Irlandia yang dikenal dengan sebutan 1D (baca: wandi) itu batal manggung di GBK Jakarta lantaran promotor tidak mengantongi ijin dari kepolisian.  Konon kabarnya group band ini terkenal ke seantero dunia lewat album-albumnya yang sangat sukses berkat kekuatan media sosial. Lebih lanjut tentang boy band ini dapat dengan mudah diketahui kiprah perjalanan karirnya di media musik dan hiburan.  1D menjadi menarik untuk ditelisik guna memaknai one direction di musim capres saat ini.

Ilmu manajemen yang saya ketahui mengajarkan bahwa 1D merupakan unsur penting dari tercapainya tujuan besar organisasi. Karena 1D  merupakan perwujudan ungkapan petunjuk arah yang harus diikuti, menggambarkan mahsud tertibnya kesatuan langkah atau tindakan dari para anak buah, anggota sebuah organisasi, grup, atau partai, guna mencapai tujuan.  Di dalam organisasi formal seperti organisasi bisnis maupun sosial atau organisasi politik, wujud tertulis dari 1D bisa berupa instruksi atau pedoman kerja,  keputusan rapat, bahkan di dalam code of conduct serta visi dan misipun terselip direction.  Sementara itu dalam bentuk lisan, 1D berwujud sebagai perintah atasan, teguran, peringatan yang disampaikan secara lisan.  

1D bukan semata-mata monopoli manusia, karena di dunia binatangpun ada perilaku yang menyerupainya.  Adalah sekawanan semut berbaris hilir mudik, jika kita perhatikan di situ terlihat ketaatan mereka pada 1D. Mereka berjalan di lintasan yang sama menggotong makanan menuju ke tempat yang sudah tertentu, bolak balik sampai sumber makanan habis atau hanya akan berhenti jika ada pengganggu yang menghalanginya.  Lihatlah contoh lain, sekawanan bebek bergerak maju yang mana gerombolan bebek ini belok ke kiri dan ke kanannya mengikuti langkah bebek yang paling depan.  Kita tidak pernah melihat seekor semut dihukum rame-rame gara-gara tidak mengikuti 1D. Karena memang tidak ada seekor semut yang mbalelo melanggar komitmen misalnya, tidak ada semut yang keluar barisan menggotong makanan untuk disimpan demi kepentingan perutnya sendiri alias korupsi. Kita pun tidak pernah melihat bebek berhenti di tengah jalan gara-gara ingin menyosor cacing yang ditemui di perjalanan, kalaupun ini dilakukannya pasti akan mengganggu bebek lain yang ada di belakangnya.  Demikian pula dengan binatang-binatang lain yang sudah terlatih seperti anjing dan burung, mereka senantiasa patuh setia atas instruksi tuannya.  Para semut dan bebek telah mereduksi keinginan pribadinya meleburkan diri ke dalam kepentingan bersama yang lebih besar. Mereka percaya kepada pimpinannya.  Mereka bertindak dan terus bertindak mengikuti 1D. Sungguh sebuah pendidikan 1D yang sangat efektif yang sarat pelajaran di dalamnya.

Namun apa yang tengah terjadi di masa capres saat ini ? Manakala forum tertinggi partai memutuskan agar semua kadernya bergerak ke capres tertentu, ternyata diantara mereka ada anggota, atau bahkan unsur petingginya sendiri melenceng bergerak ke capres yang lain demi kepentingan tertentu. “Penyelewengan” 1D ini dipertontonkan oleh para individu yang direpresentasikan sebagai tokoh yang kemudian menjadi hal yang dianggap “biasa” karena banyak landasan argumentasi yang disampaikannya. Di tempat lain ada juga petinggi partai yang saking demokratisnya menyampaikan 1D kepada para kadernya untuk bebas memilih menjadi pendukung capres manapun. Andai capresnya banyak, maka tercerai berailah para kadernya.

Tidak hanya di GBK One Direction batal pentas, di panggung politikpun one direction tidak muncul.  Itulah barangkali bedanya antara binatang seperti semut dan bebek dengan manusia. Manusia dibekali akal untuk berfikir menentukan pilihan,  kemudian mengambil tindakan, namun acap kali di dalam proses menentukan pilihannya itu dikacaukannya sendiri lantaran sifat ingin berkuasa dan takut dikuasai. Manusia memang bukan binatang. Manusiapun bukan malaikat.  Namun melalui alam, Yang Maha Kuasa telah memberi banyak pelajaran pada kita tentang arti penting kesatuan komando, ketaatan pada pimpinan, satunya irama langkah maju, pentingnya menjaga komitmen serta perilaku terpuji lainnya.

Hari-hari ini bangsa kita sedang berproses menunggu lahirnya pemimpin negara dan bangsa.  Pemimpin bangsa yang mampu membuat kita bergelora bangkit bergerak mewujudkan diri sebagai bangsa Indonesia yang gagah dan disegani karena bangsa yang besar, beradab, pintar dan kaya.  Pemimpin negara yang dengan directionnya mampu “memaksa” pemimpin2 tingkat daerah agar menyediakan fasilitas pendidikan yang mudah diakses oleh seluruh rakyat dimanapun mereka tinggal, tersedianya fasilitas kesehatan dan sosial yang sangat terjangkau di seluruh pelosok tanah air, tersedianya infrastruktur yang memudahkan mobilitas warganya. Pemimpin negara yang melindungi kepentingan rakyat dan bangsa dalam bidang kedaulatan ekonomi, pengelolaan yang benar atas sumber daya alam, tambang, mineral, terjaganya pertahanan dan keamanan kesatuan wilayah darat, laut dan udara sehingga tidak ada negara lain yang berani memprovokasi separatisme, batas wilayah atau merongrong kebudayaan daerah.

Pemimpin yang ditunggu adalah pemimpin yang bergerak bukan karena disuruh pemilik partainya namun pemimpin yang memiliki passionnya sendiri dengan direction yang  mampu “menyihir” rakyat  bangkit  bersemangat membangun diri. Pemimpin dengan direction yang muncul dari kemurnian niat mulia sang pemimpin didasari atas luasnya pengetahuan dan jaringan kerjasama elemen bangsa dalam negeri maupun mitra-mitra luar negeri serta siap mempertanggungjawabkannya sehingga lugas, tegas, dan pratriotis. Bukan pemimpin “kebut semalam” bak mahasiswa, baru semalam belajarnya untuk ujian esok hari. Di tangan pemimpin yang terpilih nanti diletakkan segala macam perangkat dan kekuasaan sebagai bekal mewujudkan cita-cita bangsa. Oleh karenanya, siapapun pemimpin yang terpilih nanti adalah merupakan cerminan  dari karakteristik pemilihnya: kecerdasannya, wawasannya, moralitasnya. Maka jangan salahkan pemimpin jika ternyata nanti tidak memiliki one direction yang kuat karena pemilihnya sendiri ikut andil atas kesalahan itu. Untuk itu, kini saatnya kita menjadi pemilih yang  cerdas bukan pemilih yang hanya mengutamakan citarasa, sebab inilah waktunya  kita menjadi bangsa yang besar.  ...   Siap !!!  (ss)


* 2014-06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar