Kamis, 03 Mei 2018


Buruh Menanti (Berakhirnya) Outsourcing

Slamet Soesanto

Tuntutan buruh untuk menolak praktek outsourcing melalui aksi demo yang masive beberapa waktu yang lalu telah membuahkan hasil. Usaha pemerintah memperketat praktek outsourcing merupakan “buah” dari tuntutan tersebut tercermin dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain resmi diberlakukan sejak Senin 19 November 2012. Seiring dengan diundangkannya peraturan itu di Berita Negara Nomor 1138 Tahun 2012 oleh Menteri Hukum dan HAM.  Permenakertrans ini sekaligus mencabut dua keputusan menteri yang lain yakni Kepmenakertrans No 220 Tahun 2004 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain dan Kepmenakerstrans No 101 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh. Kedua keputusan tersebut ditengarai sebagai salah satu sumber dari “hingar bingar” praktek outsourcing.

Secara umum, Permenakertrans No 19 ini memperketat keberadaaan perusahaan outsourcing mengubah pengaturan soal syarat dan tata-cara praktek outsoucing. Sebut saja soal syarat bentuk badan hukum perusahaan outsourcing harus PT. Permenakertrans ini juga melarang perusahaan pemborong pekerjaan yang tidak berbadan hukum.  Hal lain yang diatur dalam Permenakertrans No 19 ini adalah kewajiban mendaftarkan perjanjian pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja kepada instansi ketenagakerjaan setempat beserta sangsi hukum atas pelanggarannya. Ijin operasional perusahaan penyedia jasa pekerja di dalam Permenaker ini hanya untuk tiga tahun dan berlaku hanya di satu provinsi. Dicantumkannya perlindungan bagi pekerja outsourcing, misalnya jaminan  kelangsungan bekerja, jaminan perhitungan masa kerja, hak cuti, jaminan sosial, tunjangan hari raya, hingga hak mendapatkan ganti rugi bila diputuskan hubungan kerjanya oleh perusahaan outsourcing. 

Meskipun Permenakertran ini tidak secara total menghapus praktek outsourcing.  Namun terbitnya Permenakertran tersebut disambut dengan reaksi yang berbeda. Para buruh bersuka cita atas terbitnya Peraturan ini karena selama ini mereka menganggap outsourcing  seperti perbudakan modern. Berbeda halnya dengan respon pengusaha perusahaan outsourcing  yang tergabung dalam Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia  maupun pengguna  outsourcing­ yang tergabung dalam Asosisai Pengusaha Indonesia serta Kamar Dagang dan Industri Indonesia atas terbitnya peraturan ini. Mereka melakukan perlawanan atas terbitnya permenakertrans tersebut dengan mendaftarakan uji materi ke Mahkamah Agung dan telah diregister dengan Nomor 13P/HUM/Th.2013 tanggal 18 Februari 2013.

Kerja kontrak tetap berlangsung
Apapun hasil akhir dari upaya para pengusaha mendaftarkan uji materi ke MA bukan jaminan bahwa kerja dengan mekanisme outsourcing ataupun sistem kontrak akan hilang  dan bukan pula pekerja otomatis akan sejahtera. Memang ruang gerak praktek perusahaan jasa penempatan tenaga kerja semakin sempit, namun dengan berganti “baju” perusahaan tersebut masih bisa leluasa melakukan praktek outsourcing. Tanpa melanggar peraturan formal yang ada, melalui sistem pemborongan pekerjaan, perusahaan outsourcing akan beroperasi berdasarkan kontrak kerja yang sudah tertentu nilai rupiah dan jangka waktu pengerjaannya. Perusahaan outsourcing akan mencari tenaga kerja sesuai dengan jumlah dan kualifikasi borongan pekerjaan yang diterimanya. Mereka kemungkinan besar akan merekut pekerja dengan sistem non permanen dengan masa kontrak maksimal sesuai dengan jangka waktu nilai kontrak pekerjaan borongannya. Dan ini akan terus belangsung untuk seluruh jenis pekerjaan yang diborongkan di segala sektor industri. Jika kontrak borongan pekerjaan selesai maka selesai pula kontrak kerja pekerjanya. Status pekerja akan selalu sebagai pekerja kontrak sepanjang tahun sepanjang masa. Isu ketenagakerjaan hanya beralih dari perusahaan pengguna jasa outsourcing ke perusahaan pemborongan pekerjaan yang jumlahnya dari waktu ke waktu akan semakin banyak. Dan semakin sulit untuk dikontrol mengingat jumlah pengawas ketenagakerjaan yang terbatas dengan sebaran wilayah dan jenis industri yang sangat beragram. Akibatnya kesejahteraan para buruh akan tetap sama sebagaimana sebelumnya dan penderitaannya tak kunjung berakhir. Dan  peristiwa akan selalu berulang, demo buruh, mogok kerja, turun ke jalan.

Bukan Sekedar Status dan Upah Minimum
Pentingnya moralitas pengusaha dalam menjalankan strategi bisnis, pengusaha jangan hanya memikirkan cara akumulasi keuntungan meningkat dari tahun ke tahun.  Sementara biaya tenaga kerja yang dikeluarkan “dikendalikan” sedemikian rupa seakan-akan pekerja bisa diganti kapan saja sesuka hatinya. Adalah sungguh mengusik moral bila ada perusahaan yang mengumumkan keberhasilannya membukukan laba triliunan rupiah namun membagikan bonus kepada para pekerja sangat sedikit terlebih lagi dibedakan besaran bonusnya jauh lebih besar kepada pekerja internalnya ketimbang pekerja kontraknya (outsourcingnya).[1]  Sejatinya jika mau mengakui lebih jujur, teliti, dan cermat, persoalan keresahan tenagakerja (buruh) adalah sistem pengupahan yang dirancang pemerintah tidak membedakan status kepegawaian kontrak dan yang tetap. Mekanisme sistem pengupahan dan besarannya “diserahkan” kepada masing-masing perusahaan. Jarang sekali mereka  memperhitungkan masa kerja, jaminan sosial dan perlindungan keselamatan kerja sangat normatif, terlebih lagi para pekerja di sektor industri yang tidak terlalu menuntut pekerjanya berketrampilan tinggi. Kesewenang-wenangan oknum pengusaha yang terkesan “luput” dari perhatian pemerintah juga merupakan bagian dari persoalan perburuhan. Sementara itu buruh terlanjur menganggap bahwa sebagai pekerja dengan status tetap merupakan dambaan. Perlu diingat bahwa meskipun sebagai pekerja tetap dan tersedianya jenjang karir masih akan menimbulkan gejolak perburuhan jika praktek ketidakadilan dan “kesewenang-wenangan” pengusaha tetap ada di tengah lemahnya pengawasan dari pemerintah.  Serikat pekerjapun harus memperkuat posisi tawarnya bukan hanya mengandalkan kekuatan massa tetapi juga harus dibarengi dengan kekutatan analisa sebab akibat dengan demikian bisa merumuskan tuntutan yang benar-benar jitu ke pemecahan akar permasalahannya yaitu ketidakadilan sistem upah dan bagaimana mengatasi tingkat skill sets yang masih rendah.

Harusnya pemerintah bukan sekedar menetapkan besaran upah minimum yang setiap tahun cenderung menimbulkan friksi pengusaha dan buruh, tetapi juga memformulasikan struktur upah bagi pekerja yang berstatus kontrak, berdasarkan pengalaman kerja, berdasarkan ketrampilan sehingga dapat dijadikan pedoman bagi para pengusaha untuk implementasinya di perusahaan masing-masing. Harapannya  tenaga kontrak lebih tinggi upahnya dibanding dengan upah pekerja tetap, tidak sekedar memenuhi upah minimum propinsi atau upah minimum sektor industri tertentu, mengapa ? Karena para pekerja kontrak tidak memiliki kepastian akan kelanjutan kontrak kerjanya, sedangkan pekerja tetap memiliki sejumlah fasilitas tunjangan yang lebih baik ketimbang pekerja kontrak. Jika sekiranya pengusaha merasa bahwa biaya pekerja kontrak lebih mahal dibanding dengan pekerja permanen maka dengan sendirinya pengusaha akan memilih status kepegawaian para pekerja kontrak tersebut menjadi pekerja tetap. Sedangkan bagi pekerja, ini merupakan pilihan apakah ingin diangkat sebagai pekerja permanen ataukah ingin dengan status kontrak terus yang secara sesaat terlihat upahnya lebih tinggi.

Kita belum menghiraukan bahwa negara kita sudah ketinggalan dalam memanfaatkan momentum transformasi bisnis. Di negara lain seperti India, Filipina, Cina, Vietnam, Amerika Lain dan Eropa Timur  sedang asyik menikmati devisa hasil dari transaksi impor pekerjaan. Kesempatan mendatangkan pekerjaan dari negara negara maju yang berbasis pada model pemborongan pekerjaan outsourcing bagi warga negaranya membuka kesempatan kerja dalam negeri. Sehingga kita tidak perlu repot ekspor TKI dimana di beberapa negara tujuan kerap kali dipermalukan.  Moralitas pengusaha harus disesuaikan, outsourcing bukan alat untuk mengurangi hak pekerja, bukan pula media memperjualbelikan jasa buruh. Buruh harus dihargai, dipenuhi haknya, dikembangkan potensinya  sebagaimana adanya bukan bagaimana sistem dan strategi perusahaan beroperasi. 

Karena praktek outsourcing merupakan pilihan strategi manajemen perusahaan maka praktek outsourcing tidak bakal mati, outsourcing hanya berganti merek menjadi Manajemen Bisnis Penunjang atau semisalnya, sementara pemerintah kedodoran dalam pengawasannya maka yang bakal terjadi adalah ketidakpastian  kesejahteraan para buruh, terganggunya ketenangan operasional bisnis dan yang menderita akhirnya rakyat juga. Selama aturan pengupahan tidak dirombak secara fundamental dan pelaksanaan aturan kesejahteraan tenaga kerja tidak dikawal penerapanya dengan ketat maka isu ketenagakerjaan tetap ada. Haruskah ini akan terus berlanjut dari tahun ke tahun menguras energi anak bangsa? Semoga masalah perburuhan tidak terus berkembang tanpa solusi yang mendasar.

Ditulis kembali dari naskah 06 Juni 2013.

Referensi :

1.      Kepmenakerstrans No 101 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh.
2.  Kepmenakertrans No 220 Tahun 2004 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain.
3.  Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain.
4.   Soesanto, Slamet 2014, Strategi Manajemen Outsourcing – Buruh Sejahtera Pengusaha Berjaya, Halaman Moeka – Jakarta.



[1] Soesanto, Slamet 2014, Strategi Manajemen Outsourcing – Buruh Sejahtera Pengusaha Berjaya, Halaman Moeka – Jakarta.


Kamis, 24 Juli 2014

Sebut Aku Sang Pemenang

Sebut Aku Sang Pemenang *


Kemenangan merupakan istilah yang melekat pada momen keberhasilan sebuah pertandingan. Secara emosional kemenangan disertai perasaan bangga yang kuat, dan manusia sering melampiaskan dengan perilaku, gerakan dan pose tertentu. Layaknya pemain bola yang berhasil mencetak gol.  Di sana ada perasaan puas atas buah   usaha jerih payah revalitas, bersaing untuk menjadi pemenang. Demikian juga dengan individu manusia.

Di dalam setiap diri masing-masing kita ini ada perlombaan yang terjadi setiap hari.  Yang satu diwakili oleh pikiran dan logika satu lagi diwakili oleh perasaan dan hawa nafsu. Ajakan untuk mengejar prestasi melawan ajakan untuk bermalas-malasan. Keinginan berbuat baik bertarung dengan hasrat berbuat keji. Ketika hasrat berprestasi muncul dengan kuat, maka sifat malas menjadi sirna. Akan tetapi tanpa disiplin yang tinggi jangan berharap kemenangan akan menghampiri.

Lain halnya bila kemenangan diperoleh dengan cara-cara yang ditengarai adanya perilaku yang tidak sportif. yang kalah merasa dipecundangi melalui berbagai macam cara yang terang-terangan maupun yang tersembunyi

Semua dari kita berhak memiliki kehidupan yang berkelimpahan juga kita semua ingin dan menyukai banyak kesuksesan dalam kehidupan kita. Tetapi sedikit dari kita yang mau bersusahpayah berlatih dengan penuh kedisiplinan untuk meraih kemenangan. Dan sedikit pula yang bersedia membayar terlebih dulu kesuksesan yang kita idam-idamkan itu dengan mengeluarkan semua potensi, dan tenaga kita, mengorbankan sifat malas kita. Bangun lebih pagi dari yang lain, belajar lebih rajin, bekerja lebih giat, berempati dan beramal lebih banyak dari yang lain.  

Memang...., keadaan kita yang sekarang ini adalah hasil dari apa yang kita lakukan di masa lalu. Sekiranya kita anggap hari ini berhasil atau terpuruk maka tengoklah apa yang telah kita kerjakan selama ini, bagaimana kita melampaui waktu-waktu kita, seberapa gigih kita memperjuangkannya.

Sebulan kemarin mukminin berlatih mengendalikan diri, bukan sekedar belajar memahami arti lapar dan haus, menumbuhkan kepekaan sosial yang tinggi. Namun memberikan kesempatan bagi mukminin untuk kembali kepada fitrahnya, menjadi manusia yang merdeka. Bagi mereka yang bersungguh-sungguh dan berdisiplin di dalam latihan itu niscaya dia akan sukses menjadi sang Pemenang.

Tidak ada cara lain untuk meraih keunggulan kecuali melakukan sebuah tindakan mulia secara terus-menerus dengan penuh disiplin. Sang Pencipta, tidak membiarkan manusia tanpa daya untuk memperjuangkan kemenangan menghadapi kesulitan dan cita-citanya. Semuanya sudah terukur dengan ukuran yang pas, antara potensi yang dimiliki dengan tingkat kesulitan ujian yang bakal dihadapi.

Kita tidak pernah mengetahui seberapa besar sebenarnya potensi yang kita miliki saat ini hingga datangnya kemenangan menyelesaikan persoalan atau ujian. Manusia diperintahkan menjalani, dan senantiasa mau belajar karena salah satu kekuatan manusia adalah kemampuannya untuk belajar dan berlatih.  Andai hari ini kemenangan memihak kita, maka bersyukur dan bersiaplah, karena kompetisi belum berhenti dan ujian lain sedang menanti. Namun sekiranya saat ini terasa beban yang berat yang harus ditanggung, perlu diingat bahwa bukan beratnya beban yang harus dipikul tetapi bagaimana cara memikulnya. Maka janganlah berputus asa. Cukuplah Allah sebagai penolong untuk segala urusan.  Mengutip bait lagu Maher Zein Never  lose  hope ’cause   Allah   is always  by your side.  Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1433H  mohon maaf atas khilaf kami, semoga kita semua menjadi Sang Pemenang dan menjadi manusia yang merdeka dari pengaruh budak keinginan tercela.  MERDEKA !! (ss)


* Pernah dimuat di "Otsormedia" - Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-08

Jumat, 04 Juli 2014

Stop Golput – Tegakkan Timbangan

Stop Golput – Tegakkan Timbangan*

Cobalah sekali waktu blusukan ke pasar tradisional dan membeli barang yang harus ditimbang kemudian perhatikan cara pedagang menyeimbangkan timbangan manualnya. Ketika berat timbangan mengarah ke timbel pemberat maka pedagang akan menambahkan volume barang yang dijual, sebaliknya ketika berat timbangan mengarah ke barang yang dijual, pedagang akan menguranginya sedikit demi sedikit sampai tercapai nilai “kesetimbangan” yang dianggapnya “pantas”. Demikian itu tidak lain adalah cara pedagang mencari titik kesetimbangan antara timbel pemberat dengan barang yang ditimbang.  Persoalan muncul ketika barang dagangan yang akan ditimbang berupa benda padat yang bentuknya tidak beraturan, maka untuk mendapatkan nilai kesetimbangan yang persis sempurna sangatlah sulit. Pembeli tidak mau jika bobot timbangan barang kurang begitupun penjual tidak bakal setuju jika arah timbanganya terlalu njomplang ke barang. Namun bagi penjual yang arif melebihkan sedikit timbangan ke arah barang dagangan bukanlah sebuah kerugian. Karena dari sana akan tersebar berita harum tentang si penjual itu timbangannya mantap, artinya pembeli memperoleh kelebihan atas timbangan barang yang dibelinya, pembeli tidak bakal dirugikan. Dan pelanggan baru akan banyak berdatangan.

Tanggal 9 Juli 2014 serentak di seluruh wilayah NKRI digelar acara akbar pemilihan langsung presiden dan wakilnya. Menentukan pilihan berarti memberikan hak suara, maka seketika itu pula sesungguhnya kita sedang memutuskan hasil proses penimbangan. Berbagai macam kriteria dari sisi normatif moralitas, intelektualitas, wawasan kebangsaan, hubungan internasional, rekam jejak, sosok fisik dlsb anggap saja sebagai timbel pemberat. Sedangkan kedua pasang capres merupakan materi yang akan ditimbang. Kadar elemen kriteria yang ditentukan di atas kita coba letakkan di atas timbangan, maka tidak selalu sama dimiliki oleh setiap pasangan capres. Bisa dikata bahwa kita sedang menimbang materi yang tidak beraturan. Disinilah saatnya kita ditantang untuk mencari nilai kesetimbangan antara kriteria yang kita punyai dengan profil setiap pasangan capres agar timbangan tegak.  Berbagai macam informasi positif maupun negatif bermunculan. Bagi pemilik hak suara yang sudah mantab dengan pilihannya, informasi tersebut justru memperkuat keyakinan atas pilihannya. Akan tetapi bagi mereka yang masih mengambang (swing voters), kondisi ini sangat rawan yang sanggup merubah nilai kriterianya yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan finalnya, bahkan tidak menutup kemungkinan mereka akan menjadi bingung, dan tidak menentukan pilihan sama sekali alias apatis, golput. Hari-hari ini, berbagai lembaga survey menyebutkan bahwa sekitar 78% WNI sudah menentukan pilihan siapa diantara dua pasang calon presiden dan wakilnya yang bakal dipilih nanti. Namun tidak kurang dari 22% yang berhak memilih belum menentukan sikap dan sedang menimbang-nimbang pasangan calon presiden dan wakilnya yang akan dipilih.

Kalau bukan kendala teknis seperti letak geografis, cuaca ekstrim misalnya, seharusnya golput itu bisa dihindari. Ketika semua aspek dasar dari kedua pasang capres sudah anda anggap terpenuhi, tetapi anda masih ragu, maka gilirannya gunakan mata hati anda, perhatikan dengan seksama serta fokus, tatap wajah, ekspresi kedua pasang capres ketika mereka berorasi, ataupun diwawancarai, ataupun ketika mereka berinteraksi langsung dengan masyarakat atau acara debat. Anda pasti akan menemukan ketidakcocokan dalam sikap dan ekpresinya seperti sesekali suka mencuri pandang, cara berjalan yang tidak alami dlsb. Kemungkinan anda akan segera mendapatkan jawaban mana diantara dua pasang capres itu yang layak menjadi wakil bangsa untuk bertemu dengan pemimpin negara lain, berdiskusi, bernegosiasi dan menghadapi tantangan kemajuan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Andapun akan mendapatkan jawaban setangguh apa mereka mampu mengusahakan keselamatan, dan keamanan bangsa. Tentu saja setelah ditambah atau dikurangi dengan informasi positif atau negatif seperti yang dijelaskan di atas maka dari sosok pasangan capres itu akan diketahui nilai kesetimbangan capres yang paling mantap. Jangan serahkan kepemimpinan negara ini kepada orang suruhan pemilik partai, karena partai sekarang hanyalah representasi dari segelintir individu yang paling kuat di dalammnya. Ayo ! gunakan hak pilih anda,    Stop golput !!! (ss)


* 2014-07

Selasa, 03 Juni 2014

Ironi One Direction

Ironi One Direction *

Beredar berita di media infotainment beberapa hari lalu menyebutkan bahwa One Direction sebuah boy band asal Inggris Irlandia yang dikenal dengan sebutan 1D (baca: wandi) itu batal manggung di GBK Jakarta lantaran promotor tidak mengantongi ijin dari kepolisian.  Konon kabarnya group band ini terkenal ke seantero dunia lewat album-albumnya yang sangat sukses berkat kekuatan media sosial. Lebih lanjut tentang boy band ini dapat dengan mudah diketahui kiprah perjalanan karirnya di media musik dan hiburan.  1D menjadi menarik untuk ditelisik guna memaknai one direction di musim capres saat ini.

Ilmu manajemen yang saya ketahui mengajarkan bahwa 1D merupakan unsur penting dari tercapainya tujuan besar organisasi. Karena 1D  merupakan perwujudan ungkapan petunjuk arah yang harus diikuti, menggambarkan mahsud tertibnya kesatuan langkah atau tindakan dari para anak buah, anggota sebuah organisasi, grup, atau partai, guna mencapai tujuan.  Di dalam organisasi formal seperti organisasi bisnis maupun sosial atau organisasi politik, wujud tertulis dari 1D bisa berupa instruksi atau pedoman kerja,  keputusan rapat, bahkan di dalam code of conduct serta visi dan misipun terselip direction.  Sementara itu dalam bentuk lisan, 1D berwujud sebagai perintah atasan, teguran, peringatan yang disampaikan secara lisan.  

1D bukan semata-mata monopoli manusia, karena di dunia binatangpun ada perilaku yang menyerupainya.  Adalah sekawanan semut berbaris hilir mudik, jika kita perhatikan di situ terlihat ketaatan mereka pada 1D. Mereka berjalan di lintasan yang sama menggotong makanan menuju ke tempat yang sudah tertentu, bolak balik sampai sumber makanan habis atau hanya akan berhenti jika ada pengganggu yang menghalanginya.  Lihatlah contoh lain, sekawanan bebek bergerak maju yang mana gerombolan bebek ini belok ke kiri dan ke kanannya mengikuti langkah bebek yang paling depan.  Kita tidak pernah melihat seekor semut dihukum rame-rame gara-gara tidak mengikuti 1D. Karena memang tidak ada seekor semut yang mbalelo melanggar komitmen misalnya, tidak ada semut yang keluar barisan menggotong makanan untuk disimpan demi kepentingan perutnya sendiri alias korupsi. Kita pun tidak pernah melihat bebek berhenti di tengah jalan gara-gara ingin menyosor cacing yang ditemui di perjalanan, kalaupun ini dilakukannya pasti akan mengganggu bebek lain yang ada di belakangnya.  Demikian pula dengan binatang-binatang lain yang sudah terlatih seperti anjing dan burung, mereka senantiasa patuh setia atas instruksi tuannya.  Para semut dan bebek telah mereduksi keinginan pribadinya meleburkan diri ke dalam kepentingan bersama yang lebih besar. Mereka percaya kepada pimpinannya.  Mereka bertindak dan terus bertindak mengikuti 1D. Sungguh sebuah pendidikan 1D yang sangat efektif yang sarat pelajaran di dalamnya.

Namun apa yang tengah terjadi di masa capres saat ini ? Manakala forum tertinggi partai memutuskan agar semua kadernya bergerak ke capres tertentu, ternyata diantara mereka ada anggota, atau bahkan unsur petingginya sendiri melenceng bergerak ke capres yang lain demi kepentingan tertentu. “Penyelewengan” 1D ini dipertontonkan oleh para individu yang direpresentasikan sebagai tokoh yang kemudian menjadi hal yang dianggap “biasa” karena banyak landasan argumentasi yang disampaikannya. Di tempat lain ada juga petinggi partai yang saking demokratisnya menyampaikan 1D kepada para kadernya untuk bebas memilih menjadi pendukung capres manapun. Andai capresnya banyak, maka tercerai berailah para kadernya.

Tidak hanya di GBK One Direction batal pentas, di panggung politikpun one direction tidak muncul.  Itulah barangkali bedanya antara binatang seperti semut dan bebek dengan manusia. Manusia dibekali akal untuk berfikir menentukan pilihan,  kemudian mengambil tindakan, namun acap kali di dalam proses menentukan pilihannya itu dikacaukannya sendiri lantaran sifat ingin berkuasa dan takut dikuasai. Manusia memang bukan binatang. Manusiapun bukan malaikat.  Namun melalui alam, Yang Maha Kuasa telah memberi banyak pelajaran pada kita tentang arti penting kesatuan komando, ketaatan pada pimpinan, satunya irama langkah maju, pentingnya menjaga komitmen serta perilaku terpuji lainnya.

Hari-hari ini bangsa kita sedang berproses menunggu lahirnya pemimpin negara dan bangsa.  Pemimpin bangsa yang mampu membuat kita bergelora bangkit bergerak mewujudkan diri sebagai bangsa Indonesia yang gagah dan disegani karena bangsa yang besar, beradab, pintar dan kaya.  Pemimpin negara yang dengan directionnya mampu “memaksa” pemimpin2 tingkat daerah agar menyediakan fasilitas pendidikan yang mudah diakses oleh seluruh rakyat dimanapun mereka tinggal, tersedianya fasilitas kesehatan dan sosial yang sangat terjangkau di seluruh pelosok tanah air, tersedianya infrastruktur yang memudahkan mobilitas warganya. Pemimpin negara yang melindungi kepentingan rakyat dan bangsa dalam bidang kedaulatan ekonomi, pengelolaan yang benar atas sumber daya alam, tambang, mineral, terjaganya pertahanan dan keamanan kesatuan wilayah darat, laut dan udara sehingga tidak ada negara lain yang berani memprovokasi separatisme, batas wilayah atau merongrong kebudayaan daerah.

Pemimpin yang ditunggu adalah pemimpin yang bergerak bukan karena disuruh pemilik partainya namun pemimpin yang memiliki passionnya sendiri dengan direction yang  mampu “menyihir” rakyat  bangkit  bersemangat membangun diri. Pemimpin dengan direction yang muncul dari kemurnian niat mulia sang pemimpin didasari atas luasnya pengetahuan dan jaringan kerjasama elemen bangsa dalam negeri maupun mitra-mitra luar negeri serta siap mempertanggungjawabkannya sehingga lugas, tegas, dan pratriotis. Bukan pemimpin “kebut semalam” bak mahasiswa, baru semalam belajarnya untuk ujian esok hari. Di tangan pemimpin yang terpilih nanti diletakkan segala macam perangkat dan kekuasaan sebagai bekal mewujudkan cita-cita bangsa. Oleh karenanya, siapapun pemimpin yang terpilih nanti adalah merupakan cerminan  dari karakteristik pemilihnya: kecerdasannya, wawasannya, moralitasnya. Maka jangan salahkan pemimpin jika ternyata nanti tidak memiliki one direction yang kuat karena pemilihnya sendiri ikut andil atas kesalahan itu. Untuk itu, kini saatnya kita menjadi pemilih yang  cerdas bukan pemilih yang hanya mengutamakan citarasa, sebab inilah waktunya  kita menjadi bangsa yang besar.  ...   Siap !!!  (ss)


* 2014-06

Jumat, 16 Mei 2014

Menjaga Jaring Laba-Laba

Menjaga Jaring Laba-Laba *


Teringatlah kita pada jaring laba-laba: lembut, sensitif tetapi kuat bisa jadi merupakan struktur alam “buatan” hewan yang paling cantik dan ekstra ruwet rangkaiannya. Laba-laba membangunnya selangkah demi selangkah sebagai bagian perlindungan diri dari predator sekaligus sebagai alat perangkap mangsa.  Jika diperhatikan dengan seksama laba-laba merangkai jaringnya, tertata apik dengan pola konfigurari yang kompleks, dan berestetika. Membuktikan bahwa sang Maha Pencipta laba-laba adalah desainer alam terbaik di jagad raya.  Ketika salah satu bagian dari jaringnya tersentuh oleh sesuatu, laba-laba segera mendekat menghampiri sumber getaran, dimikianlah semisal seharusnya empati itu ada dalam diri manusia

Peristiwa demi peristiwa bukanlah sesuatu yang boleh dianggap sebagai rutinitas biasa. Mari kita perhatikan lingkungan mulai dari lingkungan terkecil kita yaitu orang-orang yang setiap hari kita temui: rekan kerja, suami, istri, anak, saudara, tetangga, atau orang tua kita. Setiap orang memiliki kepekaan yang berbeda terhadap fenomena sosial yang ada di sekitarnya. Bagi kita yang memiliki kepekaan empati seperti jaring laba-laba maka sentuhan halus dari lingkungan sekeliling kita segera akan membangkitkan respon bagi kita untuk bertindak.  Tanpa kita sadari, setiap manusia mengirimkan gelombang elektromagnetik dan energi panas ke lingkungannya. Gelombang magnetik ini menimbulkan vibrasi yang akan menggetarkan jaring-jaring empati manusia lainnya, sehingga antar manusia akan terjadi peristiwa yang saling menggetarkan. Seberapa besar daya tangkap diri manusia terhadap vibrasi dari manusia lainnya sangat tergantung dengan “status” perasaannya. Melalui pengolahan jiwa terus-menerus seseorang bisa mengenal ‘status’ perasaannya sendiri, lalu kuat berempati dan kemudian memanfaatkan emosinya untuk kebaikan kehidupan sosial di lingkukan kerja setiap hari.

Belajar merasakan sama pentingnya dengan belajar bertindak. Berempati merupakan proses pikir dan proses rasa yang secara utuh terlibat di dalam diri seseorang. Di dalam empati terkandung dua sisi, yaitu sisi aktif sebagai upaya “masuk” ke dalam orang lain dan sisi pasif merupakan refleksi atau penilaian orang lain atas diri kita. Hidup di lingkungan kerja berarti harus siap terus menerus menghadapi situasi yang dilematis yang melibatkan logika dan perasaan sendiri berhadapan dengan logika kolektif perusahaan manakala suatu persolan harus dipecahkan. Disinilah pintu masuk timbulnya segala macam resiko perbedaan kesimpulan, rasa, bahkan kemungkinan berujung pada konflik. Karena pada dasarnya manusia secara individu sangat ingin melindungi minat dan kepentingannya.

Layaknya jaring laba-laba, meskipun benang-benang halus empati setiap orang berbeda, tidak usah menunggu sampai jaring-jaring terkoyak, namun justru sebaliknya, orang yang memiliki kepekaan empati baru tersentuh sedikit saja dapat segera tersadar akan kejadian di sekitarnya.  Jika seseorang semakin jujur dengan apa yang dirasakan maka akan semakin terbuka jalan yang dicari karena semakin mengetahui passion nya sendiri.

Di dunia kerja setiap orang memiliki difinisi sukses berkarir sendiri-sendiri. Penetapan sukses tanpa empati merupakan pilihan terburuk dalam menjalani profesi. Kerja keras pasti akan membawa hasil baik, akan tetapi hasil baik yang diraih tanpa empati hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tidak akan meninggalkan bekas yang berarti, kemudian pada saatnya akan menguap sirna entah kemana pergi... (ss)


* Pernah dimuat di "Otsormedia" - Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-09

Selasa, 13 Mei 2014

People Development

People Development *

Saudara sekalian, ketika kita hendak pergi bekerja kita selalu berdandan, merapikan diri yang demikian karena kita ingin dilihat orang lain seperti apa kita hari ini dan ini berlangsung setiap hari sepanjang waktu. Banyak lagi contoh aktifitas sejenis lainnya dimana disadari atau tidak kita telah melakukan usaha-usaha “memperbaiki” diri.  Dengan scope yang lebih luas maka akan mudah dimengerti  bahwa  upaya “memperbaiki” dan memajukan diri melalui pendidikan formal dan pelatihan, kemudian memobilisasinya dalam rangka mencapai hasil yang diinginkan tidak lain adalah masuk dalam pengertian people development.  

Saudara sekalian, dari sisi karyawan, people development berarti bertambahnya skill dan pengetahuan dan erat sekali dengan rencana karir di waktu mendatang dan seringkali berimplikasi pada income.  Sedangkan dari kacamata supervisor people development berarti mengembangkan anak buah, secara terstruktur dan terencana memastikan bahwa setiap orang faham apa yang dilakukan oleh organisasi selanjutnya akan diwujudkan dalam bentuk pendelegasian tugas dan tanggung jawab untuk memotivasi mereka menuju jenjang yang lebih tinggi atau wewenang yang lebih luas.

Saudara sekalian, memahami pengertian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa diri sendiri kitalah yang paling berperan di dalam people development apapun jabatan dan posisi kerja saat ini. Kita bisa mulai dari  pertanyaan seperti, Apakah saya tahu bagaimana performa pekerjaan saya ? Apakah saya tahu kontribusi saya dan apa hasil yang diharapkan ? Apa yg dilakukan oleh teman-teman kantor saya ? Apakah saya mempercayai orang-orang yg bekerja dengan saya ? Apakah saya tahu kelebihan mereka ?  Apakah saya tahu kelemahan saya dibanding dengan teman-teman saya ? Dari jawaban tersebut kita memperoleh potret diri dalam bingkai organisasi perusahaan, selanjutnya bisa disusun rencana program pengembangannya.  Biasakan diri kita untuk melakukan exercise segala pencapaian yang kita peroleh pada saat ini agar semakin sadar dimana posisi kita dan kita akan selalu maju dibanding dengan yang lainnya.

Saudara sekalian, seberapa besar usaha anda untuk berkembang, waktu adalah aset yang paling berharga, dan income anda berhubungan langsung dengan bagaimana anda menggunakan waktu anda.  Keuntungan atau pun kerugian manusia banyak ditentukan oleh sikapnya terhadap waktu. Semakin besar usaha anda untuk mengembangkan diri semakin terbuka luas jalan meniti jenjang karir profesional anda tanpa ada yang mampu membatasinya.  
It's easy if you try, above us only sky. (ss)

*Pernah dimuat di "Otsormedia" - Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2010-04

Jumat, 09 Mei 2014

Mei 1988 - Catatan ku

Mei 1988 – Catatan ku

Pagi ini saya menemukan buku kecil agenda kerja saya terselip diantara arsip-arsip lama, lembar demi lembar saya buka catatan-catatan saya di buku itu. Ada dua rangkaian tulisan, yang pertama adalah tulisan yang mengingatkan saya bagaimana pikiran dan perasaan saya pada hari Selasa 5 Mei 1988 satu minggu sebelum tragedi penembakan empat orang mahasiswa Trisakti meninggal dunia, memicu kerusuhan yang meluas menjadi amuk massa, pembakaran, penjarahan, pemerkosaan, penangkapan dan penculikan aktivis.    Hari hari ketika itu suasana lingkungan terasa pengap, ada rasa was-was setiap saat akan pergi ke tempat kerja. Pemutusan hubungan kerja telah terjadi, jumlah penganggur semakin banyak, harga barang kebutuhan pokok merangkak naik, nilai rupiah makin hari makin meluncur ke bawah, para birokrat mengobral retorika, perasaan tidak percaya pada pemerintah semakin memuncak,  suara-suara bernada iri hati, dengki pada orang kaya merebak terdengar dari mulut orang di terminal, stasiun, angkot, warung,  bahkan di kantor-kantor, para buruh turun ke jalan,  Berikut ini catatannya:

hari-hari ku berlalu
galau, risau, kacau, teraduk-aduk
geram, harap, nyata makin terpuruk

sulit kumengerti
mana siksa, mana coba
mala, bencana, bertubi-tubi
menyerang, menerjang, silih berganti
menyayat harkat, martabat rakyat negeri
kian tak percaya pada penguasa

si fakir terjungkir-jungkir
si miskin pasrah menatap angin
si papa merana
hari ini siapa derma

korban-korban pehaka
tak tahu kapan bisa berkarya
tukang-tukang rente memutar otak
seperti penerbang kehilangan kontak
penguasa asyik bermain-main kata
saling menutupi bau busuk kreasinya

langit negeriku semakin kelabu
mendung selalu setiap waktu
pudar bayang-bayang rembulan
tak satupun bintang di awan
yang dulu selalu menjadi teman

hari-hari ku berlalu
galau, risau, kacau teraduk-aduk
geram, harap, nyata makin terpuruk