Mei 1988 – Catatan ku
Pagi
ini saya menemukan buku kecil agenda kerja saya terselip diantara arsip-arsip
lama, lembar demi lembar saya buka catatan-catatan saya di buku itu. Ada dua
rangkaian tulisan, yang pertama adalah tulisan yang mengingatkan saya bagaimana
pikiran dan perasaan saya pada hari Selasa 5 Mei 1988 satu minggu sebelum
tragedi penembakan empat orang mahasiswa Trisakti meninggal dunia, memicu
kerusuhan yang meluas menjadi amuk massa, pembakaran, penjarahan, pemerkosaan,
penangkapan dan penculikan aktivis. Hari
hari ketika itu suasana lingkungan terasa pengap, ada rasa was-was setiap saat
akan pergi ke tempat kerja. Pemutusan hubungan kerja telah terjadi, jumlah
penganggur semakin banyak, harga barang kebutuhan pokok merangkak naik, nilai
rupiah makin hari makin meluncur ke bawah, para birokrat mengobral retorika,
perasaan tidak percaya pada pemerintah semakin memuncak, suara-suara bernada iri hati, dengki pada
orang kaya merebak terdengar dari mulut orang di terminal, stasiun, angkot,
warung, bahkan di kantor-kantor, para
buruh turun ke jalan, Berikut ini
catatannya:
hari-hari ku
berlalu
galau, risau,
kacau, teraduk-aduk
geram, harap,
nyata makin terpuruk
sulit
kumengerti
mana siksa,
mana coba
mala,
bencana, bertubi-tubi
menyerang,
menerjang, silih berganti
menyayat
harkat, martabat rakyat negeri
kian tak
percaya pada penguasa
si
fakir terjungkir-jungkir
si
miskin pasrah menatap angin
si
papa merana
hari
ini siapa derma
korban-korban
pehaka
tak tahu
kapan bisa berkarya
tukang-tukang
rente memutar otak
seperti
penerbang kehilangan kontak
penguasa
asyik bermain-main kata
saling
menutupi bau busuk kreasinya
langit
negeriku semakin kelabu
mendung
selalu setiap waktu
pudar
bayang-bayang rembulan
tak
satupun bintang di awan
yang
dulu selalu menjadi teman
hari-hari ku
berlalu
galau, risau,
kacau teraduk-aduk
geram, harap,
nyata makin terpuruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar