Selasa, 22 April 2014

Outsourcing is (not) bad word ?

                                                                         2014-04
Outsourcing is (not) bad word ?
  
Apakah outsourcing seburuk yang dipersangkakan.?
Apakah buruh akan sejahtera jika tanpa outsourcing.?
Bagaimana pengusaha dan buruh saling bersahabat dalam outsourcing ?.
Bagaimana pemerintah berperan agar praktik outsourcing bermartabat ?

          Hari-hari ini sorot mata masyarakat tertuju pada JIS sebuah sekolah swasta berlabel internasional di Jakarta, disana ada pegawai outsourcing yang saat ini sedang diperiksa polisi karena disangka telah melakukan tindakan asusila di dalam lingkungan sekolah yang security-nya superketat untuk ukuran sebuah sekolah. Di lain tempat, sekitar tiga tahun yang lalu juga santer diberitakan ada pegawai outsourcing yang dipidana karena terbukti telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan kepada nasabah pemegang kartu kredit bank asing terkenal. Ketika itu, semua elemen masyarakat: politisi, birokrat, ahli hukum, pengusaha,  angkat bicara. Peristiwa tersebut berujung dengan penyempurnaan peraturan praktek outsourcing di perbankan yang diterbitkan otoritas moneter BI. Kemenakertrans pun merespon dengan menerbitkan permen tentang tatakelola bisnis outsourcing dan bidang apa saja yg boleh di-outsource-kan.

          Ketika dipilih sebagai sebuah strategi bisnis, outsourcing bukan berarti tanpa resiko. Resiko bagi pengguna outsourcing seperti: hilangnya kontrol proses produksi (untuk outsourcing pemborongan pekerjaan), kepuasan konsumen menurun (seperti yg diderita pengelola JIS, para orangtua murid beraksi negatif) karena tidak terjaganya kualitas produk penyelenggaraan pendidikan, benturan budaya diantara pegawai, terjadi resistensi pegawai lama, keamanan data tidak terjamin, dukungan internal manajemen yang minim. Sedangkan bagi buruh outsourcing, resiko yang dihadapi diantaranya: jenjang karir tidak tersedia, transfer pengetahuan yang rendah, tidak adanya jaminan keberlanjutan kerja, program retensi tidak memadai  (termasuk jika terjadi sangkaan tindak pidana di area kerja).
          Benarkah outsourcing sebagai strategi bisnis layaknya obat penyembuh segala penyakit inefficiency proses produksi, yang bisa digunakan kapan saja, dan dimana saja ?. Benarkah praktik outsourcing biang keladi merosotnya kesejahteraan buruh yang menyebabkan sikap antipati mendalam ? Mengapa undang-undang dan peraturan menteri menjamin legalitas operasionalnya?  Bagaimana peran pekerja outsourcing menyikapi realita ini ?
          Semua informasi, diskripsi, analisa serta alternatif solusi yang terkait dengan pertanyaan tsb terdapat di dalam buku Manajemen Strategi Outsourcing - Buruh Sejahtera Pengusaha Berjaya terbit akhir April 2014 diterbitkan oleh Penerbit Halamanmoeka Jakarta. Buku ini dirujuk dari banyak informasi yang bersumber pada beberapa media, dipadu dengan hasil olah pengalaman saya selama hampir sepuluh tahun terbenam dalam praktik bisnis outsourcing. 

            Oleh karena itu isi buku ini diharapkan  bermanfaat bagi semua pihak yang berminat pada: perlindungan tenaga kerja,, praktik outsourcing yang bermartabat,  dan peningkatan penyediaan lapangan kerja lewat offshore outsourcing  yang mampu meningkatkan devisa negara. Untuk mendapatkan buku dalam format hardcopy (tebal total 239 halaman, 15 x23cm), silahkan ke toko buku atau hubungi penulis di slametsoesanto@gmail.com  atau WA-sms-call 081311166847




Senin, 21 April 2014

Hindari Buruk Muka Cermin Dibelah



Hindari Buruk Muka Cermin Dibelah *

Sungguh tidak pernah lupa setiap hari, kita selalu bercermin baik itu sengaja berdiri di depan kaca di rumah atau kebetulan sedang di jalan dan melihat pantulan diri dari kaca etalase toko atau kaca mobil yang sedang berhenti.  Apa yang kita lakukan itu merupakan wujud dari kepedulian akan penampilan diri, secantik apa wajah kita, seelok apa tubuh kita hari ini.  Lebih jauh lagi pernahkan kita bercermin untuk melihat performance perilaku kinerja kita ?  Sesering apa kita bercermin, mencoba mengevaluasi kualitas kerja kita sendiri ?  Namun yang sering terjadi adalah bukannya kita yang menilai diri sendiri tetapi orang lain yaitu supervisor atau atasan kita yang melakukannya.  Mana yang lebih tepat hasilnya, kita sendiri yang menilai atau orang lain yang melakukannya.

Menyepelekan introspeksi diri dalam performance kerja, dapat menyebabkan mandegnya karir. Mengapa demikian?  Pertama, karena pegawai seperti itu banyak mengikuti subjektifitasnya, parameter penilaian ditentukannya sendiri, merasa sudah bekerja tak kenal waktu sehingga tertipu dengan bayang-bayang semu kinerjanya. Kedua, biasanya mereka menyandarkan diri kepada “kebaikan” dari perusahaan karena menilai perusahaan tetap akan menghargai asal past performance tidak jelek-jelek amat sebagaimana yang telah dilakukan oleh perusahaan tahun sebelumnya.

Penting bagi kita masing-masing untuk menghitung atau menilai pencapaian prestasi diri sendiri setiap saat, tidak harus menunggu akhir tahun. Karena performance akhir tahun merupakan kumpulan performance bulan-bulan sebelumnya.  Apakah diri kita lebih banyak prestasinya ataukah malah lebih banyak pekerjaan yang tidak memenuhi syarat target, yang berujung pada komplain dan kekecewaan.  Kita mesti objektif melakukan penilaian, dengan menjadikan Key Performance Indicator sebagai acuannya bukan berdasarkan perasaan dan kira-kira kita sendiri.  Setiap hari sebelum mulai bekerja, harusnya kita berpikir bahwa untuk bertanya kepada diri terlebih dahulu.  Apa saja yang akan kita capai hari ini ? Bagaimana cara mencapainya ? Dan yang menunggu hasil perkerjaan saya itu siapa ? kapan ?  Karena begitu banyak pegawai yang tergesa-gesa atau malas-malasan dan terlihat asal-asalan melakukakan suatu pekerjaan tanpa memikirkan kualitas pekerjaannya, sehingga ketika datang waktu penilaian barulah dia menyesali bahwa performance kerjanya tidak memuaskan.  Tidak sedikit pula mereka mencari-cari argumen membela diri yang pada intinya tidak puas dengan penilaian yang diterima ibarat buruk muka cermin dibelah.
Andai kita diberi kesempatan untuk bertemu dengan tahun 2011, tentunya kita berdoa dan berusaha agar kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung yaitu mereka yang memiliki prestasi hari esok lebih baik dari hari ini. Karena detik waktu berjalan, tak seorangpun bisa menghentikanmya, kita hanya bisa mengisi waktu dengan pencapaian prestasi demi prestasi.   Selamat tahun Baru 2011, tetap berprestasi dan bertambah prestasi lagi. (ss
Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2010-12

Cakap Bekerja , Cakap Menghargai



Cakap Bekerja , Cakap Menghargai *
Hidup ini ibarat belantara, tempat kita mengejar berbagai keinginan untuk memenuhi kebutuhan. Belantara ini berisi berbagai macam sifat mahluk dari sifat-sifat yang mulia sampai sifat yang tidak terpuji.

Jika kita bertanya kepada warga Jakarta, apa yang mereka inginkan saat ini, maka mayoritas hampir pasti jawabannya adalah kelancaran berlalulintas. Wajar, karena belakangan ini kemacetan di ibu kota sudah sangat parah, yang kabarnya berdampak pada kerugian material sampai triliunan rupiah. Menghadapi situasi seperti ini, hari-hari ketika jam sibuk, tata krama berlalulintas cenderung diabaikan, mereka sering memperlakukan orang lain tidak sebagaimana mereka ingin diperlakukan.  Kepatuhan dan disiplin pada rambu-rambu lalu lintas sangat minim.  Kurangnya (respect) rasa hormat dan menghargai sesama pengguna jalan berujung pada konflik individu, adu mulut dan saling menghina.

Di lingkungan kerjapun demikian. Bila respect tidak ada, jangan berharap kita bisa extist dan shinning.  Coba perhatikan, apa yang dilakukan oleh mereka yang berprestasi. Selain bekerja keras, menguasai skill yang baik, mereka juga berperilaku baik, membangun hubungan kerja dan kontak yang baik pula dengan semua orang. Mereka mempraktekkan ini secara berkelanjutan dan berlangsung panjang. Hampir tidak pernah terlontar dari mulut mereka omongan penghinaan, mereka lebih banyak memberi respect, selalu mencoba memahami orang lain yang berperilaku tidak baik.  Mereka percaya lebih utama memberi daripada menerima. Karena sesungguhnya di dalam memberi terdapat kekuatan yang luar biasa yaitu kekuatan tidak pernah merasa kekurangan.  

Para individu di lingkungan kerja laksana bintang-bintang berkelap-kelip bertebaran di langit. Ada yang redup sinarnya ada pula yang sangat terang dibanding yang lain. Terang redupnya bintang seperti bagus tidaknya performance kerja kita. Satu prinsip yang harus dijaga,  terangnya sebuah bintang tidak boleh meredupkan bintang yang lain.  Ini berarti performance kerja kita yang bagus harusnya memancar memberi respect kepada yang lain sehingga yang lain ikut bersinar pula.  Dan ini terjadi jika satu sama lain saling menghargai.  Dengan menghormati orang lain berarti telah memberi penghargaan oleh karena itu mereka tidak pernah merasa kekurangan kehormatan.

Maka, mulai sekarang kita harus memiliki keberanian untuk mengevaluasi diri. Apakah kita selama ini hanya menunggu diberi penghormatan tapi lalai memberi penghormatan. Dan yakinkanlah bahwa penghormatan itu akan datang menyertainya, setelah kita memberi perhomatan terlebih dulu.

Belantara kehidupan adalah medan ujian. Yang akan keluar sebagai bintang yang bersinar  hanyalah mereka yang tangguh, yang selalu memberi respect terhadap lingkungannya, yang mampu melewati setiap kesulitan dengan baik. Mereka akan bersinar dan sinarnya akan menerangi bintang-bintang yang lain.  (ss)

* Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2010-10

Beyond Ramadhan & Iedul Fitri



Beyond Ramadhan  & Iedul Fitri *
Saudara sekalian, kehinaan akan menimpa manusia dimanapun mereka berada jika manusia gagal membina hubungan baik dengan Allah dan gagal berhubungan baik dengan manusia demikianlah ancaman Allah SWT. Puasa Ramadhan merupakan sarana untuk membina hubungan baik dengan Allah tuhan semesta alam dan juga dengan manusia.  Dengan puasa manusia sesungguhnya sedang mengikuti pendidikan yaitu pendidikan mengelola keinginan (hasrat, nafsu), pendidikan thariqat almalaikat - memahami sifat-sifat malaikat yang selalu taat dan patuh terhadap segala perintah Allah, pendidikan ketuhanan dimana puasa merupakan sistem pendidikan dari Allah yang mengajari manusia agar taat dan patuh, mendidik manusia supaya berbuat adil, sabar, pemaaf dan berbuat baik lainnya meskipun tidak ada makhluk yang melihat.  Serta pendidikan  penyucian jiwa – yaitu tercapainya objektif dari puasa - ketaqwaan yang tinggi kepada Allah.
Saudara sekalian, ketaatan orang berpuasa merupakan suatu bukti bahwa jiwanya tidak dikuasai oleh hawa nafsunya.  Orang puasa jiwanya terjaga dari dosa dan kesalahan dan akan mengalami iklim kesucian.  Oleh karenanya tidaklah berlebihan jika puasa ramadhan merupakan momentum untuk evaluasi total.  Evaluasi sebaik apa hubungan kita dengan tuhan selama ini dan, dalam ramadhan terdapat kesempatan untuk melakukan  pendidikan diri secara maksimal.  

Saudara sekalian, akhir sebuah Ramadahan disikapi dengan sukacita bagi mereka yang telah menang mengalahkan sifat-sifat buruknya dan berhasil membina hubungan dengan Allah, sekaligus mereka juga sangat berharap bisa bertemu dengan Ramadhan yang akan datang.   1 Syawal menandai ritual Ramadhan telah usai dan puncak dari pergulatan bathin mukminin telah tiba, hari saat seluruh egosentrisme dan kesombongan manusia diredam demi menjaga hubungan baik dengan seluruh umat manusia, lingkungan, alam, dan segala sesuatu di luar diri dan pribadinya.  

Saudara sekalian, ada tiga sikap yang harus kita miliki dalam menyambut Iedul Fitri, yaitu: 1. perasaan  penuh harap kepada Allah SWT memohon diampuni dosa-dosa yang lalu. 2. Melakukan review terhadap ibadah puasa yang telah dikerjakan.  Apakah puasa yang kita kerjakan telah bermakna, atau hanya mendapat rasa lapar dan dahaga saja   3. Mempertahankan nilai kesucian yang baru saja diraih. Tidak kehilangan semangat dalam ibadah karena lewatnya bulan Ramadhan, karena predikat taqwa seharusnya melekat terus hingga akhir hayat.

Saudara sekalian, momentum Iedul Fitri sudah selayaknya kita gunakan untuk menyambung kembali tali silaturahim kepada sanak famili, sahabat, teman kerja, atasan, bawahan, dan tetangga-tetangga kita. Membuka lembaran baru dalam berkomunikasi yang baik dan santun sehingga kita dapat menjaga keharmonisan hubungan dengan mereka. Dengan demikian kita akan terbebas dari kehinaan sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT.  Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia. (al Haaj : 50). Amien.(ss)

*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2010-08 

To do Change for Better Future



To do Change for better future *
Saudara sekalian, if you don’t change you will die.  Demikian sebuah pernyataan yang bernada peringatan keras, jika direnungkan akan mudah sekali difahami secara harfiah. Layaknya sesuatu yang mati, berarti ia tidak bergerak, tidak berubah, mandek dan statis. Kehadirannya tidak memberikan gerak perubahan, tidak memberikan perkembangan. sehingga dia tidak diperhitungkan, tidak diperlukan, dan dianggap tidak ada, meskipun tampak wujud fisiknya tetapi keberadaanya tidak bermakna.  

Saudara sekalian, sering kita menyikapi sebuah perubahan dengan respon berbeda: apriori, menolak, acuh tak acuh tetapi ada juga yang bersemangat menerima dan mendukungnya.  Sadar akan hal ini lantas kita bertanya-tanya, mengapa kita demikian.  Biasanya seseorang menolak perubahan bukan karena dia berani mati, tetapi justru sebaliknya dia takut mati jika dia berubah, if you change you die. Perubahan dianggapnya sebagai ancaman terhadap existensinya, takut kehilangan rasa nyaman,  mengganggu commfort zone namun dia lupa bahwa dia ini bagian dari organisasi besar dunia yang selalu bergerak dan bertumbuh.  Manakala dia sudah terlanjur terjebak di dalam pusaran perubahan dia akan stress,  emosional, rasionalitasnya hilang. Dia digerus waktu dan baru menyadari setelah melihat teman-teman yang dulu seangkatan berangkat meniti karir bersama sudah jauh maju di depan meninggalkannya. Sebuah eroni dari sikap apriori terhadap perubahan. 

Saudara sekalian, rasa-rasanya tidak mungkin bagi kita menghindar dari perubahan  dimanapun kita berada.  Oleh karena itu saat ini bila kita sebagai karyawan maka kita adalah bagian dari perusahaan yang seharusnya memiliki strategi “berkompromi” dengan perubahan.  Karena perusahaan akan selalu melakukan perubahan strategi, perubahanan teknologi, perubahan struktur kesemuanya itu menuntut kita agar melakukan perubahan perilaku dan perubahan kebiasaan.  Dan berpikirlah bahwa kita adalah bagian penting dari proses pekerjaan jangan sebaliknya melihat diri sendiri sebagai bagian yang tidak penting dimana kita hanya memiliki peran dan pengaruh kecil, karena hal ini akan berujung pada membatasi diri sendiri terhadap potensi yang kemungkinan besar dapat ditunjukkan di lingkungan kerja.   Kecenderungan kita semua untuk menilai hasil jangka pendek akan mengurangi kemampuan kita untuk melihat sesuatu dalam skala yang lebih besar. 

Saudara sekalian, perubahan besar yang kita hadapi saat ini jarang sekali datang secara tiba-tiba melainkan bertahap, terstruktur dan di luar kendali kita.  Hanya orang-orang “tertentu” saja yang mampu membaca perubahan yang lebih siap beradaptasi, meliak-liukan badan laksana peselancar sedang mengendalikan papan selancarnya mengikuti gerakan ombak menuju pantai.  Perubahan dipandang sebagai peluang untuk mengasah diri dan merima tanggung jawab lebih besar dan memetik manfaat untuk mengantarkannya ke sebuah cita-cita.  Anda sendirilah yang bisa menjawab dengan tepat, apakah anda termasuk orang-orang “tertentu” itu ? (ss)

* Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2010-05

Menembus Batas



Menembus  Batas *
Saudara sekalian, bila hari ini tanggal 28 Oktober 2009 maka hari ini genap 81 tahun pemuda-pemudi Indonesia bersumpah untuk bertumpah darah satu-tanah Indonesia, berbangsa satu-bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan- bahasa Indonesia.  Kita mencoba memaknai sumpah itu dengan kacamata Indonesia masa kini.  Indonesia yang kita cintai dibangun oleh orang-orang tua kita, yg kala itu masih seusia kita saat ini.  Semangat  yang menyelimuti mereka menerabas batas-batas kesukuan, agama, pendidikan, jender bersatu melawan segala bentuk penjajahan guna mewujudkan Indonesia yang bersatu, bermartabat dan berkeadilan.

Saudara sekalian, bila hari ini kita sudah menyandang profesi pekerjaan tertentu maka kita saat ini sesungguhnya sudah berada dalam jajaran orang-orang yang sedang berbenah menggerakkan mesin kehidupan bangsa, bekerja di berbagai macam posisi dan tanggungjawab, menata segala aspek kehidupan.  Peran profesi yang kita jalani sekarang ini memerlukan  bukan sekedar komitmen moral yaitu bekerja setulus hati namun juga komitmen profesional yaitu memiliki kesadaran tinggi dalam melakukan yang terbaik.  Di sisi lain kita melihat jutaan teman kita para pemuda  di belahan negeri yang kita cintai ini tengah berjuang meraih kesempatan seperti kita punya.   Oleh karena itu bagi kita yang sudah memperoleh amanah mulailah lewat tangan kita, lewat lisan kita, lewat sikap kita, berperan menciptakan karya-karya yang dapat diteladani, menjauhkan diri dari perbuatan yang melawan hukum, membangun opini yang positif, menyebarkan semangat kreatif, memberikan inspirasi bagi yang lain, bersemangat untuk berbagi  termasuk berbagi optimisme, berbagi informasi dan berbagi rizki. 

Saudara sekalian, peran serta kita di dalam proses pekerjaan akan besar maknanya jika kita bersungguh-sungguh melaksanakannya. Organisasi bisnis dimana kita bekerja akan merasakan hasilnya : proses produksi berjalan lancar karena kontribusi para sumberdaya manusianya, efisien kerja tercapai, perusahaan bertumbuh pesat, rekrutmen karyawan baru meningkat. Lingkaran proses ini bila terjadi di banyak perusahaan maka hampir dapat dipastikan banyak pemuda yang akan memiliki aktifitas seperti kita.

Saudara sekalian, keberhasilan itu tidak ada batasnya.  Pemberi Uswatun Khasanah dan penyandang gelar Al-Amien mengajarkan kepada kita bila hari ini lebih baik dari kemarin maka itulah sebuah keberhasilan dan apabila esok lebih baik dari hari ini maka itu adalah keberhasilan berikutnya demikian seterusnya sehingga setiap hari kita akan penuhi dengan hari-hari keberhasilan.  Apabila segala daya telah kita upayakan, berbagai usaha telah kita coba maka mari kita ingat kepada Sang Maha Pencipta semesta alam sembari berdoa mohon agar diberi kekuatan untuk merasakan apapun yang telah kita terima - suka dan duka agar kita semakin cerdas dalam mensyukuri nikmatNya. Mampu mengembangkan dari kondisi negatif ke kondisi positif agar semakin Jaya bangsa kita, semakin kokoh bangunan Negri kita, semakin penuh dengan rahmat bagi semua insan yang ada di bumi ini.  Majulah kita. Majulah Pemuda Indonesia. (ss)

Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2009-10

Beyond Teamwork



Beyond Teamwork *
Saudara sekalian sudah banyak artikel, seminar, pelatihan, yang bertema team building dilaksanakan. Dahsyatnya manfaat team kerja yang solid, komponen demi komponen dikupas dan diulas tuntas. Ketika usai mengikuti program tersebut kita sangat berhasrat untuk segera kembali ke tempat kerja masing-masing dan sangat ingin membuktikan bahwa kita siap menjadi bagian dari sebuah keberhasilan.  Siap mengendalikan ego, siap untuk lebih empati kepada orang lain mendengar dengan aktif , bersikap lebih proaktif bukan reaktif dsb.
Saudara sekalian, team kerja yang solid tidak terwujud dalam sekejap. Di dalamnya terkandung banyak unsur seperti personality, maturity, wawasan pengetahuan, ketrampilan komunikasi semuanya itu akan mempengaruhi kapasitas pribadi setiap anggota team yang menimbulkan keunikan masing-masing. Dan diperlukan sekali adanya perekat yang berupa trust yaitu rasa saling percaya mempercayai. Layaknya sebuah papan puzzle yang dirangkai menjadi sebuah gambar yang utuh dan bermakna. Sehingga tidak mengherankan jika corak warna sebuah team kerja sesungguhnya merupakan gambaran dari “warna” para anggotanya.

Saudara sekalian saya yakin anda saat ini sudah berada di dalam unit kerja yang merupakan bagian dari sebuah sistem kerja klien, berarti saat ini pula anda bersama-sama dengan orang lain telah menjadi bagian dari team kerja. Keunikan dari diri anda hendaknya menjadi aset yang mampu memberikan warna yang semakin memperindah bukan sebaliknya. Demikian juga dengan keunikan teman-teman anda hendaknya dibantu dan didorong agar menjadi bagian bak mozaik. Kehadiran anda dalam satu team akan banyak bermakna manakala anda sangat mengerti detil pekerjaan dan sangat mengerti pula kemana hasil kerja anda akan digunakan. Kemudian anda pun harus mampu mempertanggungjawabkan yaitu memberikan penjelasan segala hal yang telah anda kerjakan, membagi pengetahuan the best practice cara anda menyelesaikan pekerjaan kepada teman-eman anda.  Ketrampilan anda menyampaikan penjelasan, berpendapat dan berargumentasi akan menambah bobot nilai pribadi anda yang kadangkala dapat dikaitkan dengan tingkat kematangan pribadi anda. Pandai melihat keterkaitan satu proses pekerjaan dengan pekerjaan lainnya akan sangat berguna untuk mempercepat terciptanya team kerja yang solid.  Membangun rasa saling mempercayai yang dimulai dari diri anda yaitu kerjakanlah tugas dengan sepenuh hati, hindari aktifitas yang tidak terkait dengan pekerjaan selama jam kerja. Bersiaplah untuk membantu team  menyelesaikan pekerjaan biarpun tidak diminta. Bersikap terbuka terhadap saran, akan membantu meningkatkan rasa percaya orang lain kepada anda. Apabila hal tersebut dilaksanakan oleh semua anggota team maka kehadiran team yang solid akan segera terwujud.

Saudara sekalian, ambillah peluang menjadi bagian dari team yang solid dimana kehadiran anda sangat ditunggu-tunggu. Jangan menjadi bagian yang tidak menggenapkan atau mengganjilkan. Jika saat ini anda lulus menjadi bagian team yang kecil berarti anda telah mengantongi tiket untuk bergabung ke dalam team yang lebih besar dan lebih besar lagi dan perhatikan hasilnya kelak.(ss)

*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2009-11

Pelajaran dari Kusir Delman


Pelajaran dari Kusir Delman *

Pernahkah anda naik delman? Moda transportasi yang satu ini sering dijumpai di objek wisata di dalam kota atau di daerah pedesaan.  Jalanan yang dilalui kadang mulus tapi sering juga tidak rata serta licin.   Jika kita perhatikan, delman punya tiga unsur penting yaitu kuda, kereta dan kusirnya. Tiga unsur tadi menyatu menjadi lebih penting dan menjadi penopang andalan untuk keberhasilan menapak mengantarkan penumpang sambil bersantai bagi wisatawan menikmati panorama alam dan melihat kehidupan masyarakat yang dilaluinya.  
Ibarat kusir delman kita semua bertanggungjawab mengendalikan kuda. Layaknya sebuah keinginan arah kuda dan tujuan yang hendak dicapai sangat tergantung dari kusirnya. Bagaimana tidak, di tangan kusirlah kuda dikendalikan kapan harus berlari dan kapan harus berhenti. Kuda akan tunduk pada tuannya. Di tangan kusir pula arah dan kecepatan kuda diatur. Bisa dibayangkan apa jadinya jika si kusir hilang kendali tidak mampu mengelola perilaku kudanya, ancaman bagi keselamatan penumpang dan diri kusir sendiri.
Demikian juga dengan keinginan. Keinginan atau cita-cita manusia adalah hidup dan harus selalu dihidupkan. Keinginan selalu menuntut tuannya untuk dipenuhi. Ketika satu keinginan sudah tercapai maka ketika itu pula manusia ingin yang lain lagi dan seterusnya dan seterusnya, bagai minum air laut tatkala haus menerpa semakin diminum semakin haus terasa.  Mengendalikan keinginan yang ada dalam diri sama dengan kusir mengendalikan kudanya. Di tangan kita sendiri kita mampu melecut atau mengerem keinginan tersebut. Mengendalikan diri berarti mengendalikan keinginan, ingin marah, ingin dipuji, ingin harta berlebih, ingin jabatan, ingin berkorban, ingin menolong, ingin berprestasi dsb. Apapun rintangannya, ketika keinginan luhur ada maka wajib untuk diperjuangkan tidak peduli resiko jalan licin atau berbatu. Sedikit manusia bersabar dalam menyikapi keinginan yang tidak terpenuhi, tetapi banyak pula mereka merasa kecewa, sakit hati, iri, dengki bahkan hasut.  Bila reaksi atas tidak terpenuhinya keinginan menimbulkan ketidaknyamanan atau rasa nyeri yang kita rasakan, maka hampir bisa dipastikan hal ini merupakan tanda bahwa ada sesuatu yang salah dalam diri kita. Sebagian besar dari kita menganggap keinginan yang sudah lama kita idam-idamkan bila tidak tercapai ditanggapi sebagai sebuah kegagalan, bencana, aib.
Mungkin sudah banyak hal yang berhasil kita raih dengan perjuangan fisik, pikiran mengerahkan semua waktu, dan tenaga yang ada mengantarkan kita sebagai pemenang.  Tapi apakah kemenangan yang telah kita raih ini tanpa menimbulkan korban. Sadarkah kita bahwa semakin banyak keinginan semakin banyak pula kesempatan untuk kehilangan. Kehilangan adalah sebuah kepastian karena manusia memang tidak pernah memiliki apa pun dalam hidupnya. Apapun yang kita anggap milik kita hari ini, sesungguhnya adalah kepemilikan yang semu. Sehingga kita harus senantiasa berusaha menjadi pemenang dalam memperjuangkan keinginan tanpa harus ada yang terluka. Oleh karenanya pandai-pandailah mengendalikan keinginan, sebagaimana Ali bin Abi Thalib berkata berbahagialah orang yang berhasil menjadi tuan untuk dirinya, menjadi kusir untuk nafsunya dan menjadi kapten untuk bahtera hidupnya. Selamat menjalani ibadah shaum Ramadhan sebagai sarana pengendalian diri, You can be a victor without having victims.   (ss)

*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-07

Integritas Pondasi Meniti Karir



Integritas Pondasi Meniti Karir *
Integritas adalah satu kata yang mencakup sejumlah nilai yang kita pegang teguh, dan menjadi pedoman bagi tindakan kita. Aneka macam nilai yang dipegang seseorang berbeda satu dengan yang lain. Ada orang yang hanya memegang kejujuran sebagai nilai dari integritas, sehingga apabila dia jujur maka dia merasa sudah berintegritas.  Ada pula orang yang merasa kejujuran saja belum cukup tetapi perlu kepatuhan. Sehingga orang tsb menganggap integritas  adalah jujur dan patuh pada peraturan.  Ada lagi yang menambahkan unsur profesionalisme, pengabdian, serta kontribusi sehingga dia sudah berintegritas jika dia jujur, patuh, profesional, loyal dan berkontribusi.  Singkat kata, semakin banyak nilai-nilai luhur yang dipegang seseorang semakin tinggi pula integritas orang tsb.  Nilai-nilai kebaikan dan keutamaan yang terakumulasi dari pemahaman sebuah keyakinan, pendidikan, lingkungan. Nilai–nilai itulah merupakan core value yang dimilikinya yang menentukan perilaku; perilaku itulah yang menentukan reputasi; dan reputasi itulah yang menentukan keunggulan pribadi. Hal itu menjadikannya memiliki sudut pandang yang menyeluruh dalam melaksanakan tugas dan meniti karir.   

Individu yang tidak berintegritas cenderung berbohong, dan kebohongan akan ditutup dengan kebohongan yang lain dan terus diulang dan diulang lagi.  Jika orang lain tahu bahwa dia tidak punya integritas, jangan harap ada orang yang mendekatinya, apalagi memberi otoritas kepadanya.  Sehingga integritas adalah fondasi untuk membangun rasa percaya (trust). Hampir pasti jika ybs sebagai pegawai karirnya akan mandeg.  Dampak dari hilangnya integritas tidak hanya dirasakan oleh individu ybs seperti keluh-kesah di tempat kerja,  tetapi juga dirasakan oleh organisasi perusahaan seperti moral pegawai terpengaruhi, produktivitas dan efektifitas kerja menurun, citra dan reputasi perusahaan akan terganggu. 
 
Sebagai pegawai, kita dapat mempraktekkan integritas dalam perusahaan dengan cara selalu menjadi pribadi yang jujur kepada diri sendiri untuk bertugas dan tanggung jawab sesuai aturan, integritas dalam melindungi aset perusahaan, integritas dalam melindungi informasi perusahaan, integritas dalam menggunakan komunikasi elektronik, integritas dalam menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja, integritas dalam memelihara lingkungan kerja yang bebas dari suap, korupsi, kolusi, penggelapan uang perusahaan, pelecehan, perbuatan asusila, ancaman dan kekerasan.

Dengan integritas kita melakukan kebenaran, dengan integritas kita tidak perlu takut terhadap apapun sebab kita tidak perlu menyembunyikan apapun.  Adalah integritas yang membuat karakter kita baik dan benar, dan integritas pula yang akan membawa keamanan dalam perjalanan karir kita.  Sehingga Integritas merupakan satu-satunya cara kita dapat membangun karir jangka panjang yang membawakan kestabilan dan ketentraman dalam bekerja.  Integritas adalah satu- satunya fondasi yang pasti bagi setiap keberhasilan karir.  Mari meniti karir dengan pondasi yang kuat yaitu dengan memulai membangun reputasi integritas Anda hari ini juga ! (ss)

*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2010-11

Siapa Menanam Dia Mengetam


Siapa Menanam Dia Mengetam

Tersebutlah Stephen Covey, pencetus istilah Emotional Bank Account (EBA), membuat metaphora tentang tabungan, sesungguhnya “kebaikan” yang kita lakukan hari ini merupakan tabungan atau investasi.  Ide ini sangatlah mudah untuk dimengerti guna mengembangkan hubungan interpersonal.  Pada dasarnya setiap orang dengan siapa kita berhubungan, apakah itu dengan, sesama pegawai, keluarga atau teman, sesungguhnya kita sedang mengelola sebuah “emotional” rekening bank dengan mereka. Awalnya kondisi rekening ini adalah imbang, saldo debet dan kreditnya.  Nah, dengan perilaku kita sehari-hari, kita sadari atau tidak, dapat menambah atau mengurangi saldo emosional kita.  Sama saja dengan saldo di ATM kita jika tidak ada dana yang masuk dan hanya kita ambil terus menerus maka saldo tabungan kita akan habis.  Kunci dari perubahan saldo rekening emosional ini adalah trust atau percaya. Karena ketika kita memupuk saldo emosional ke rekening seseorang, maka mereka mendapat rasa percaya dan keyakinan kepada kita akan membesar.  Sehingga hasilnya, hubungan baik akan berkembang dan tumbuh. Dan jika hal ini dilakukan berulang-ulang kita akan menikmati keterbukaan komunikasi dengannya. Namun sebaliknya jika kita selalu berperilaku yang tidak baik maka sama saja dengan kita mengambil saldo yang akan memperkecil investasi bahkan sampai tekor. Sehingga hubungan akan terasa pahit, berlanjut menjadi ketidakpercayaan dan perpecahan.
Sadarkah kita, bahwa esok hari adalah waktu yang tak seorangpun tahu bagaimana kita akan menjadi. Apakah kita akan bertemu dengan kebahagian, kesenangan seperti yang hari ini kita nikmati, ataukah kesedihan  tetap bergelayut menempel di setiap langkah, seolah tiada akan berakhir seperti yang dirasakan hari ini.  Kita hanya punya kesempatan hari ini, jam ini, detik ini. Hari ini adalah saat kita untuk “berinvestasi”.  Rekening emotional kita dapat ditambah dengan cara mencoba memahami orang lain sebaik mungkin sebelum kita berharap orang lain memahami kita. Di area kerja mengerti orang lain bukan berarti hanya menunggu orang lain bicara sampai selesai kemudian kita balas menjawabnya, akan tetapi mendengarkan secara menyeluruh dengan konsentrasi penuh apa yang orang lain bicarakan. Memang hal ini tidaklah mudah tetapi harus dicoba untuk dipraktekkan. Siapapun diri kita, menjaga komitmen bukan sekedar menepati janji, pembicaraan apapun yang kerluar dari mulut kita harus terbukti dengan tindakannya. Dalam bahasa agama Tuhan murka kepada manusia yang hanya bicara tetapi tidak melaksanakan apa yg diucapkannya. Sudah pasti jika kita merusak janji kita dengan orang lain kita sedang menarik investasi kita dari EBA. Memelihara integritas yang berarti keutuhan, kelengkapan, atau kejujuran. Integritas adalah fondasi batu yang kokoh di mana semua hubungan yang sukses dibangun. Investasi sesungguhnya adalah menanam “kebaikan” hari ini untuk kepentingan esok hari yang mana kita sama sekali tidak mengetahui bagaimana rupa esok hari itu. Bila anda baik hati, bisa saja orang lain menuduh pamrih. Jika anda hari ini jujur boleh jadi orang lain akan menipu. Anda tidak perlu mengkawatirkan kebaikkan yang anda lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang. Manusia hanya memperoleh apa yang telah diinvestasikanya, dan Allah mempunyai karunia yang besar. Maka apapun yang terjadi pada diri anda, berinvestasilah, ayo segera, berbuat baiklah SAAT INI .... (ss)

*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-06