Siapa Menanam Dia Mengetam
Tersebutlah Stephen
Covey, pencetus istilah Emotional
Bank Account (EBA), membuat metaphora tentang tabungan, sesungguhnya
“kebaikan” yang kita lakukan hari ini merupakan tabungan atau investasi. Ide ini sangatlah mudah untuk dimengerti guna mengembangkan
hubungan interpersonal. Pada dasarnya
setiap orang dengan siapa kita berhubungan, apakah itu dengan, sesama pegawai,
keluarga atau teman, sesungguhnya kita sedang mengelola sebuah “emotional” rekening bank dengan mereka.
Awalnya kondisi rekening ini adalah imbang, saldo debet dan kreditnya. Nah, dengan perilaku kita sehari-hari, kita sadari
atau tidak, dapat menambah atau mengurangi saldo emosional kita. Sama saja dengan saldo di ATM kita jika tidak
ada dana yang masuk dan hanya kita ambil terus menerus maka saldo tabungan kita
akan habis. Kunci dari perubahan saldo
rekening emosional ini adalah trust
atau percaya. Karena ketika kita memupuk saldo emosional ke rekening seseorang,
maka mereka mendapat rasa percaya dan keyakinan kepada kita akan membesar. Sehingga hasilnya, hubungan baik akan
berkembang dan tumbuh. Dan jika hal ini dilakukan berulang-ulang kita akan
menikmati keterbukaan komunikasi dengannya. Namun sebaliknya jika kita selalu
berperilaku yang tidak baik maka sama saja dengan kita mengambil saldo yang akan
memperkecil investasi bahkan sampai tekor.
Sehingga hubungan akan terasa pahit, berlanjut menjadi ketidakpercayaan
dan perpecahan.
Sadarkah kita, bahwa esok hari adalah waktu yang
tak seorangpun tahu bagaimana kita akan menjadi. Apakah kita akan bertemu
dengan kebahagian, kesenangan seperti yang hari ini kita nikmati, ataukah
kesedihan tetap bergelayut menempel di
setiap langkah, seolah tiada akan berakhir seperti yang dirasakan hari ini. Kita hanya punya kesempatan hari ini, jam ini,
detik ini. Hari ini adalah saat kita untuk “berinvestasi”. Rekening emotional kita dapat ditambah dengan
cara mencoba memahami orang lain sebaik mungkin sebelum kita berharap orang
lain memahami kita. Di area kerja mengerti orang lain bukan berarti hanya
menunggu orang lain bicara sampai selesai kemudian kita balas menjawabnya, akan
tetapi mendengarkan secara menyeluruh dengan konsentrasi penuh apa yang orang
lain bicarakan. Memang hal ini tidaklah mudah tetapi harus dicoba untuk dipraktekkan.
Siapapun diri kita, menjaga komitmen bukan sekedar menepati janji, pembicaraan
apapun yang kerluar dari mulut kita harus terbukti dengan tindakannya. Dalam
bahasa agama Tuhan murka kepada manusia yang hanya bicara tetapi tidak
melaksanakan apa yg diucapkannya. Sudah pasti jika kita merusak janji kita
dengan orang lain kita sedang menarik investasi kita dari EBA. Memelihara integritas
yang berarti keutuhan, kelengkapan, atau kejujuran. Integritas
adalah fondasi batu yang kokoh di mana semua hubungan yang sukses dibangun. Investasi sesungguhnya
adalah menanam “kebaikan” hari ini untuk kepentingan esok hari yang mana kita
sama sekali tidak mengetahui bagaimana rupa esok hari itu. Bila anda
baik hati, bisa saja orang lain menuduh pamrih. Jika anda hari ini jujur boleh
jadi orang lain akan menipu. Anda tidak perlu mengkawatirkan kebaikkan
yang anda lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang. Manusia hanya memperoleh apa yang telah
diinvestasikanya, dan Allah mempunyai karunia yang besar. Maka apapun
yang terjadi pada diri anda, berinvestasilah, ayo segera, berbuat baiklah SAAT
INI .... (ss)
*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-06
*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar