Senin, 21 April 2014

Siapa Menanam Dia Mengetam


Siapa Menanam Dia Mengetam

Tersebutlah Stephen Covey, pencetus istilah Emotional Bank Account (EBA), membuat metaphora tentang tabungan, sesungguhnya “kebaikan” yang kita lakukan hari ini merupakan tabungan atau investasi.  Ide ini sangatlah mudah untuk dimengerti guna mengembangkan hubungan interpersonal.  Pada dasarnya setiap orang dengan siapa kita berhubungan, apakah itu dengan, sesama pegawai, keluarga atau teman, sesungguhnya kita sedang mengelola sebuah “emotional” rekening bank dengan mereka. Awalnya kondisi rekening ini adalah imbang, saldo debet dan kreditnya.  Nah, dengan perilaku kita sehari-hari, kita sadari atau tidak, dapat menambah atau mengurangi saldo emosional kita.  Sama saja dengan saldo di ATM kita jika tidak ada dana yang masuk dan hanya kita ambil terus menerus maka saldo tabungan kita akan habis.  Kunci dari perubahan saldo rekening emosional ini adalah trust atau percaya. Karena ketika kita memupuk saldo emosional ke rekening seseorang, maka mereka mendapat rasa percaya dan keyakinan kepada kita akan membesar.  Sehingga hasilnya, hubungan baik akan berkembang dan tumbuh. Dan jika hal ini dilakukan berulang-ulang kita akan menikmati keterbukaan komunikasi dengannya. Namun sebaliknya jika kita selalu berperilaku yang tidak baik maka sama saja dengan kita mengambil saldo yang akan memperkecil investasi bahkan sampai tekor. Sehingga hubungan akan terasa pahit, berlanjut menjadi ketidakpercayaan dan perpecahan.
Sadarkah kita, bahwa esok hari adalah waktu yang tak seorangpun tahu bagaimana kita akan menjadi. Apakah kita akan bertemu dengan kebahagian, kesenangan seperti yang hari ini kita nikmati, ataukah kesedihan  tetap bergelayut menempel di setiap langkah, seolah tiada akan berakhir seperti yang dirasakan hari ini.  Kita hanya punya kesempatan hari ini, jam ini, detik ini. Hari ini adalah saat kita untuk “berinvestasi”.  Rekening emotional kita dapat ditambah dengan cara mencoba memahami orang lain sebaik mungkin sebelum kita berharap orang lain memahami kita. Di area kerja mengerti orang lain bukan berarti hanya menunggu orang lain bicara sampai selesai kemudian kita balas menjawabnya, akan tetapi mendengarkan secara menyeluruh dengan konsentrasi penuh apa yang orang lain bicarakan. Memang hal ini tidaklah mudah tetapi harus dicoba untuk dipraktekkan. Siapapun diri kita, menjaga komitmen bukan sekedar menepati janji, pembicaraan apapun yang kerluar dari mulut kita harus terbukti dengan tindakannya. Dalam bahasa agama Tuhan murka kepada manusia yang hanya bicara tetapi tidak melaksanakan apa yg diucapkannya. Sudah pasti jika kita merusak janji kita dengan orang lain kita sedang menarik investasi kita dari EBA. Memelihara integritas yang berarti keutuhan, kelengkapan, atau kejujuran. Integritas adalah fondasi batu yang kokoh di mana semua hubungan yang sukses dibangun. Investasi sesungguhnya adalah menanam “kebaikan” hari ini untuk kepentingan esok hari yang mana kita sama sekali tidak mengetahui bagaimana rupa esok hari itu. Bila anda baik hati, bisa saja orang lain menuduh pamrih. Jika anda hari ini jujur boleh jadi orang lain akan menipu. Anda tidak perlu mengkawatirkan kebaikkan yang anda lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang. Manusia hanya memperoleh apa yang telah diinvestasikanya, dan Allah mempunyai karunia yang besar. Maka apapun yang terjadi pada diri anda, berinvestasilah, ayo segera, berbuat baiklah SAAT INI .... (ss)

*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar