Pelajaran dari Kusir Delman *
Pernahkah anda naik delman? Moda transportasi yang satu
ini sering dijumpai di objek wisata di dalam kota atau di daerah pedesaan. Jalanan yang dilalui kadang mulus tapi sering
juga tidak rata serta licin. Jika kita
perhatikan, delman punya tiga unsur penting yaitu kuda, kereta dan kusirnya.
Tiga unsur tadi menyatu menjadi lebih penting dan menjadi penopang andalan untuk
keberhasilan menapak mengantarkan penumpang sambil bersantai bagi wisatawan menikmati panorama alam dan melihat kehidupan masyarakat
yang dilaluinya.
Ibarat
kusir delman kita semua bertanggungjawab mengendalikan kuda. Layaknya sebuah
keinginan arah kuda dan tujuan yang hendak dicapai sangat tergantung dari
kusirnya. Bagaimana tidak, di tangan kusirlah kuda dikendalikan
kapan harus berlari dan kapan harus berhenti. Kuda akan tunduk pada tuannya. Di
tangan kusir pula arah dan kecepatan kuda diatur. Bisa dibayangkan apa jadinya
jika si kusir hilang kendali tidak mampu mengelola perilaku kudanya, ancaman
bagi keselamatan penumpang dan diri kusir sendiri.
Demikian juga dengan keinginan. Keinginan atau cita-cita manusia
adalah hidup dan harus selalu dihidupkan. Keinginan selalu menuntut tuannya
untuk dipenuhi. Ketika satu keinginan sudah tercapai maka ketika itu pula
manusia ingin yang lain lagi dan seterusnya dan seterusnya, bagai minum air
laut tatkala haus menerpa semakin diminum semakin haus terasa. Mengendalikan keinginan yang ada dalam diri sama
dengan kusir mengendalikan kudanya. Di tangan kita sendiri kita mampu melecut
atau mengerem keinginan tersebut. Mengendalikan diri berarti mengendalikan
keinginan, ingin marah, ingin dipuji, ingin harta berlebih, ingin jabatan,
ingin berkorban, ingin menolong, ingin berprestasi dsb. Apapun rintangannya,
ketika keinginan luhur ada maka wajib untuk diperjuangkan tidak peduli resiko
jalan licin atau berbatu. Sedikit manusia bersabar dalam menyikapi keinginan
yang tidak terpenuhi, tetapi banyak pula mereka merasa kecewa, sakit hati, iri,
dengki bahkan hasut. Bila reaksi atas
tidak terpenuhinya keinginan menimbulkan ketidaknyamanan atau rasa nyeri yang
kita rasakan, maka hampir bisa dipastikan hal ini merupakan tanda bahwa ada sesuatu yang
salah dalam diri kita. Sebagian besar dari kita
menganggap keinginan yang sudah lama kita idam-idamkan bila tidak tercapai
ditanggapi sebagai sebuah kegagalan, bencana, aib.
Mungkin
sudah banyak hal yang berhasil kita raih dengan perjuangan fisik, pikiran
mengerahkan semua waktu, dan tenaga yang ada mengantarkan kita sebagai
pemenang. Tapi apakah kemenangan yang
telah kita raih ini tanpa menimbulkan korban. Sadarkah kita bahwa semakin
banyak keinginan semakin banyak pula kesempatan untuk kehilangan. Kehilangan
adalah sebuah kepastian karena manusia memang tidak pernah memiliki apa pun
dalam hidupnya. Apapun yang kita anggap milik kita hari ini, sesungguhnya
adalah kepemilikan yang semu. Sehingga kita harus senantiasa berusaha menjadi
pemenang dalam memperjuangkan keinginan tanpa harus ada yang terluka. Oleh
karenanya pandai-pandailah mengendalikan keinginan, sebagaimana Ali bin Abi
Thalib berkata berbahagialah orang yang berhasil menjadi tuan untuk dirinya,
menjadi kusir untuk nafsunya dan menjadi kapten untuk bahtera hidupnya. Selamat
menjalani ibadah shaum Ramadhan sebagai sarana pengendalian diri, You can be a victor without having victims.
(ss)
*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-07
*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar