Rabu, 25 Juli 2012

Take It or Leave It .?


Take  It  or  Leave  It ...?   *

Seringkali orang berkesimpulan, pegawai mengundurkan diri karena tidak puas dengan gajinya. Apakah demikian adanya? Di dalam literatur manajemen sdm banyak jawaban mengapa pegawai meninggalkan kantornya, biasanya karena mendapat kesempatan lebih baik, terlalu sulit bekerja di sini, tidak pernah nyaman di sini, manajemen yang buruk, tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar.  Sejalan dengan itu, hasil survey Watson Wyatt Worldwide perusahaan - konsultan kelas dunia yang ditulis di “Strategic Rewards” menemukan jawaban mengapa pegawai mengundurkan diri: 56% tidak puas dengan manajemen perusahaan, 56% kesempatan berkembang tidak memadai, 50% tidak puas dengan gajinya. Hasil survey tersebut menarik untuk dicermati terutama prosentasi terbesarnya yaitu karena tidak puas dengan manajemen perusahaan dan kesempatan berkembang yang tidak memadai. Dua hal ini seringkali perusahaan “kurang serius” mengelola. Perusahaan terlanjur terjebak ke dalam pendekatan peningkatan gaji sebagai strategi agar pegawai betah di kantor. Kebijakan ini tidaklah salah jika memang standar gaji yang ada masih di bawah perusahaan kompetitor. Namun jangan berharap bahwa perusahaan akan mampu mempertahankan pegawai terbaiknya hanya dengan pendekatan ini, selain karena kemampuan finansial internal perusahaan terbatas juga pendekatan ini terbukti tidak efektif untuk retention pegawai jangka panjang. Meskipun ada kebijakan peningkatan gaji akan tetapi pengunduran diri tetap terjadi dan terus terjadi.  Menyebabkan beberapa gangguan di alur kerja.

Loyalitas, integritas, spirit kerjasama terus menerus tidak bisa dibangun hanya dengan kenaikan gaji. Perusahaan tidak memiliki “road map” pengembangan pegawai bahkan sering terlambat dan baru sadar manakala satu persatu pegawainya mengundurkan diri dalam rentang waktu yang berdekatan bak berbaris dalam antrian. Pengembangan pegawai sejatinya tidak harus disertai dengan penyediaan budget yang besar. Namun urgensi Perencanaan suksesi serta talent management  seperti adanya jalur karir, peningkatan hardskill untuk mendukung kompetensi pegawai minimal sesuai dengan bidang pekerjaan yang ada saat ini akan sangat membantu meningkatkan produktifitas pegawai. Bilamana program ini ada dan terkonsep pelaksanaannya maka akan tumbuh perasaan diperhatikan di kalangan pegawai dan potensi pegawai akan berkembang.  Selain itu sebuah agenda kerja upaya menumbuhkan kepuasan pegawai terhadap manajemennya juga penting diperhatikan. Pemimpin di semua level memiliki wewenang menetapkan tugas dan menilai kinerja bawahannya.  Kepemimpinan yang tidak baik bisa mengubah lingkungan kerja menjadi tempat kerja yang tidak nyaman yang pada akhirnya pegawai dihadapkan pada kondisi “take it or live it”.  
Manajemen Bakat memastikan bahwa pegawai diidentifikasi atau direkrut, dikembangkan dan dipelihara, dalam cara tertentu dimana kontribusi terbaiknya dapat secara penuh dicapai.  Lingkungan kerja yang memiliki value yang sehat, profesional, dimana tersedia cukup kesempatan untuk mengembangkan diri yang transparan, menjunjung pola hubungan pimpinan bawahan yang saling menghargai, dalam jangka panjang diyakini akan mampu menahan laju niat pegawai mengundurkan diri. Insyaallah.. (ss)

*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar