Menuju Kemerdekaan Diri *
Saudara sekalian, kecintaan manusia terhadap dirinya, dapat menguasai kepribadian nya, demikianlah pernyataan yang pernah saya baca. Manusia berubah menjadi tidak merdeka, menjadi budak dari egonya. Betapa saat ini banyak manusia asyik berjuang memenangkan egonya, setiap hari kita saksikan di media massa, ada politisi, pebisnis, pekerja, pendidik, pelajar, pejabat negara, tokoh masyarakat berjuang memenangkan egonya. Berbagai upaya persaingan untuk memenuhi ego, diantara mereka ada yang memanfaatkan sebagian lainnya dengan menghalalkan segala cara, baik dalam bentuk kolusi, korupsi, nepotisme, pencurian, penipuan, dan lain sebagainya.
Saudara sekalian, menurut Psikoanalisa Sigmund Freud, Ego
merupakan salah satu dari tiga bagian struktur kepribadian manusia. Dua bagian lainnya yaitu Id dan Superego.
Ego bertindak sebagai eksekutor yang memutuskan apakah manusia akan menolak
atau menerima, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan
dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan sistem kepribadian yang
orisinil atau Id. Superego berperan sebagai
filter dari sensor baik-buruk, salah-benar, boleh-tidak yang dilakukan oleh
dorongan Ego. Dengan kata lain Superego adalah bagian moral dari
kepribadian manusia.
Saudara sekalian, energi psikis egoisme dipastikan akan
memunculkan persaingan yang kemudian memunculkan perselisihan demi memenuhi
kepentingan yang menjadi ego masing-masing. Selama tindakan
yang telah kita lakukan hanya didasari oleh ego maka akan berisiko hancur menjadi debu dan
bisa dipastikan bahwa diri kita sebenarnya belum merdeka. Diri
kita dikuasai dan dijajah oleh ego kita sendiri, karena merdeka bukan
berarti bebas mengumbar ego. Merdeka adalah cerdas dalam penguasaan diri, disiplin dan komit pada perbaikan
terus-menerus dari semua yang kita lakukan, di semua bidang kehidupan. Bertanggung
jawab penuh menuju arah hidup lebih baik.
Saudara sekalian, tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana
mengendalikan dorongan agresif ego kita. Penguasaan diri dan disiplin diri yang baik bukanlah
sebuah tindakan untuk menghukum diri sendiri, dan bukan pula berarti mengontrol
siapapun melainkan tindakan yang
dimotivasi karena energi psikis yang kita mililiki diarahkan kepada Superego. Penguasaan diri dan disiplin yang baik dapat
kita raih melalui media puasa karena hakekat puasa adalah menahan diri, mengendalikan
id, dan ego kita. Puasa yang benar akan memperkuat
superego kita
Saudara sekalian, mari kita isi
kemerdekaan bangsa dan negara kita ini dengan upaya keras memerdekakan diri
sendiri dari belenggu Ego kita masing-masing, sekaligus menyambut puasa Ramadhan
sebagai media pengasah Superego,
menyaring dan mengendalikan ego, menjadikan kekuatan pribadi kita
berkembang dan kemudian secara alami kita akan pandai mengemudikan nasib kita
sendiri, sehingga kita menjadi merdeka yang sesungguhnya. Wallohu a’lam bish showab (ss)
*Pernah dimuat di "Otsormedia" - Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2010-07
*Pernah dimuat di "Otsormedia" - Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2010-07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar