Perdagangan Yang Tak Pernah
Rugi *
Patut direnungkan bahwa setiap individu manusia pada dasarnya adalah pedagang. Di dalam sejarahnya seruan untuk berdagang telah lama dikumandangkan Hendaklah kamu berdagang, karena di dalamnya terdapat 90 % pintu rezeki (H.R.Ahmad). Bahkan saking pentingnya, pedagang ditempatkan dan disejajarkan bersama para Nabi, Syuhada dan Sholihin. Pedagang di sini bukan sembarang pedagang, tetapi pedagang yang beretika yaitu pedagang yang jujur, bertanggungjawab, tidak menipu, menepati janji, selalu mengingat akhir dari kehidupan dan sifat-sifat kebaikan lainnya.
Komoditi perdagangan tidak harus berupa barang tetapi
juga bisa berupa jasa. Di dalam hubungan Perusahaan dan Pegawai: ketrampilan,
pengetahuan, pengalaman kerja dan integritas yang dimiliki oleh Pegawai juga
bisa dianggap sebagai barang dagangan. Pegawai
“menjual” dagangannya kepada Perusahaan
dan Perusahaan membayarnya dalam bentuk gaji, insentif, bonus dan penghargaan lainnya. Sebagai
Pegawai, bagaimana kita bisa dihargai dengan nilai tinggi jika komoditi yang
kita jual di bawah standar apalagi sudah banyak beredar di pasar alias kacangan
? Artinya Perusahaan mudah mencari
pengganti dimanapun dan kapanpun. Jika
kualitas jasa tidak sesuai dengan harapan pembeli, maka pembeli akan beralih ke penjual yang lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika di dalam
kantor ada pegawai-pegawai yang menerima pendapatan lebih ketimbang pegawai
lainnya. Mereka itu adalah para pedagang
yang memiliki value selalu
memperhatikan dan meningkatkan kualitas dagangannya. Dan sebagai pembeli Perusahaan juga tidak
ingin rugi ketika bertransaksi dengan Pegawainya. Hukum transaksi semacam ini
memang wajar dan lazim dipraktekkan di dunia kerja, meskipun banyak dari kita
kurang menyadarinya. Dalam kondisi
ideal, pedagang berhak untuk tidak melakukan perdagangan dengan pembelinya.
Demikian juga dengan Pegawai tidak harus menuruti apa yang diminta oleh Perusahaan,
jika yang diminta itu semata-mata hanya untuk keuntungan Perusahaan tanpa
memperdulikan pegawainya. Ketidakpuasan
bisa juga datang dari Pegawai yang merasa tempat dia bekerja penuh dengan
penipuan, janji palsu, keserakahan, perselisihan dan keburukan tingkah polah
manusia di dalamnya. Pegawai dan Perusahaan,
keduanya dituntut untuk melaksanakan etika demi terciptanya keuntungan
keduabelah pihak. Etika perdagangan menjamin, baik Perusahaan dan Pegawai,
masing-masing akan saling mendapat keuntungan.
Dan pembeli akan merasa puas karena kualitas komoditi yang dibelinya
melebihi harapan. Dan penjual membawa pulang hasil jerih payahnya.
Dalam kontek ini, relasi Perusahaan dan Pegawai bagai sebuah
perdagangan, bagaimana tidak? Di
dalamnya terkandung sebuah transaksi menjual (jasa) dan membeli (membayar upah).
Dan
ketika hidup ini adalah transaksional maka adakah manusia mau rugi ? Pedagang yang tidak pernah rugi adalah
pedagang yang dalam aktifitasnya tidak semata-mata diukur dengan nilai materi
tertentu. Seikhlas apapun niat manusia masih ada
pengharapan yang ingin diterima dan sebaik-baik pengharapan adalah pengharapan hanya
kepada Tuhan YME (ss).
*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-03
*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar