Rabu, 25 Juli 2012

Perdagangan Yang Tak Pernah Rugi



 Perdagangan Yang Tak Pernah Rugi *

Patut direnungkan bahwa setiap individu manusia pada dasarnya adalah pedagang. Di dalam sejarahnya seruan untuk berdagang telah lama dikumandangkan Hendaklah kamu berdagang, karena di dalamnya terdapat 90 % pintu rezeki (H.R.Ahmad).   Bahkan saking pentingnya, pedagang ditempatkan dan disejajarkan bersama para Nabi, Syuhada dan Sholihin.  Pedagang di sini bukan sembarang pedagang, tetapi pedagang yang beretika yaitu pedagang yang jujur, bertanggungjawab, tidak menipu, menepati janji, selalu mengingat akhir dari kehidupan dan sifat-sifat kebaikan lainnya.

Komoditi perdagangan tidak harus berupa barang tetapi juga bisa berupa jasa. Di dalam hubungan Perusahaan dan Pegawai: ketrampilan, pengetahuan, pengalaman kerja dan integritas yang dimiliki oleh Pegawai juga bisa dianggap sebagai barang dagangan.  Pegawai “menjual”  dagangannya kepada Perusahaan dan Perusahaan membayarnya dalam bentuk gaji, insentif, bonus dan penghargaan lainnya.   Sebagai Pegawai, bagaimana kita bisa dihargai dengan nilai tinggi jika komoditi yang kita jual di bawah standar apalagi sudah banyak beredar di pasar alias kacangan ?  Artinya Perusahaan mudah mencari pengganti dimanapun dan kapanpun.  Jika kualitas jasa tidak sesuai dengan harapan pembeli, maka  pembeli akan beralih ke penjual yang lain.  Sehingga tidaklah mengherankan jika di dalam kantor ada pegawai-pegawai yang menerima pendapatan lebih ketimbang pegawai lainnya.  Mereka itu adalah para pedagang yang memiliki value selalu memperhatikan dan meningkatkan kualitas dagangannya.  Dan sebagai pembeli Perusahaan juga tidak ingin rugi ketika bertransaksi dengan Pegawainya. Hukum transaksi semacam ini memang wajar dan lazim dipraktekkan di dunia kerja, meskipun banyak dari kita kurang menyadarinya.  Dalam kondisi ideal, pedagang berhak untuk tidak melakukan perdagangan dengan pembelinya. Demikian juga dengan Pegawai tidak harus menuruti apa yang diminta oleh Perusahaan, jika yang diminta itu semata-mata hanya untuk keuntungan Perusahaan tanpa memperdulikan pegawainya.  Ketidakpuasan bisa juga datang dari Pegawai yang merasa tempat dia bekerja penuh dengan penipuan, janji palsu, keserakahan, perselisihan dan keburukan tingkah polah manusia di dalamnya.  Pegawai dan Perusahaan, keduanya dituntut untuk melaksanakan etika demi terciptanya keuntungan keduabelah pihak. Etika perdagangan menjamin, baik Perusahaan dan Pegawai, masing-masing akan saling mendapat keuntungan.  Dan pembeli akan merasa puas karena kualitas komoditi yang dibelinya melebihi harapan. Dan penjual membawa pulang hasil jerih payahnya.  
Dalam kontek ini, relasi Perusahaan dan Pegawai bagai sebuah perdagangan, bagaimana tidak?  Di dalamnya terkandung sebuah transaksi menjual (jasa) dan membeli (membayar upah).   Dan ketika hidup ini adalah transaksional maka adakah manusia mau rugi ?  Pedagang yang tidak pernah rugi adalah pedagang yang dalam aktifitasnya tidak semata-mata diukur dengan nilai materi tertentu.   Seikhlas apapun niat manusia masih ada pengharapan yang ingin diterima dan sebaik-baik pengharapan adalah pengharapan hanya kepada Tuhan YME (ss). 

*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar