Menakar Diri *
Saudara sekalian, ada tiga ungkapan menarik tentang kerja. Kerja Keras, Kerja Cerdas dan Kerja Ikhlas. Secara sederhana kerja keras terkait dengan sebuah aktifitas dimana kita mencurahkan tenaga funtuk melaksanakan perintah, dari siapapun perintah itu sepanjang yang memerintahkan itu mampu “memaksa” kita untuk mau diperintah dengan harapan memperoleh imbalan. Dan kita akui bahwa kerja keras ini biasanya banyak menguras energi sepanjang waktu. Dalam kondisi seperti itu, jika kita berhenti dari pekerjaan kita, maka income pun akan berhenti. Adapun kerja cerdas yaitu melaksanakan perintah dengan cara-cara yang lebih terencana bagaimana pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dalam ukuran waktu yang tepat dan penggunaan sumberdaya yang pas sehingga hasil yang yang didapat lebih maksimal, bukan hanya sekedar “menjalankan” perintah. Tentu saja imbalan biasanya lebih besar dari imbalan kerja keras.
Sedangkan kerja ikhlas adalah melaksanakan perintah tugas
ataupun kewajiban yang dilandasi ketulusan yang merupakan satu
kualitas yang paling signifikan dari mereka yang paling setia kepada yang Maha
Kuasa. Sehingga dengan bekerja ikhlas
imbalan yang didapat adalah ketenangan jiwa karena segala upaya dan pelaksanaan
tugas telah diselesaikan semata-mata karena rasa dekat dan patuh kepada Sang
Pencipta. Jauh dari pertunjukan dan
kesombongan dalam kesatuan niat dan perilaku. Sehingga sepanjang hari berisi dengan
semangat dan kegembiraan hati. Membiarkan imbalan mengikutinya.
Saudara sekalian, otot manusia hanya akan tumbuh lebih
besar apabila dilatih mengangkat beban yang lebih besar pula, beban yang kecil tidak
akan membuat otot manusia berkembang maksimal, ini sama halnya dengan
perjalanan karir kita. Kita akan mendapat wewenang yang besar jika kita terlatih
menyelesaikan “pekerjaan” yang besar. Jika demikian halnya, lantas bagaimana saya
bekerja selama ini ?
Saudara sekalian, tidaklah terlalu sulit untuk menilai
apakah kita telah bekerja keras, atau
bekerja dengan cerdas ataukah kita sudah bekerja dengan ikhlas. Untuk itu perhatikan saja apa reaksi kita
terhadap imbalan yang kita terima, atau bagaimana kita menyikapi keberhasilan
orang-orang di sekitar kita. Cemburukah kita atau bangga? Maka kita akan segera tahu termasuk golongan
mana kita bekerja. Kita telah
berprasangka bahwa jerih payah yang telah kita korbankan untuk perusahaan
ternyata tidak memperoleh imbalan sesuai harapan. Bila kita tetap bekerja
seperti ini bisa dipastikan reaksi seperti ini akan muncul lagi dan muncul lagi
meskipun kita telah berpindah dari satu tempat kerja ke yang lainnya.
Saudara sekalian, ketiga macam ungkapan kerja di atas
bukanlah sebuah rangkaian tahapan kerja karena ikhlas adalah ruh dari semua
kegiatan kita, maka dari awal bekerja niatkan aktifitas kita untuk beribadah
kepadaNya niscaya kita akan menemukan banyak cara dan yang akan kita dapat
bukan hanya imbalan materi tetapi juga ketenangan diri. Semoga.(ss)
*Pernah dimuat di "Otsormedia" - Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2010-01
*Pernah dimuat di "Otsormedia" - Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2010-01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar