Seperti Sambal Cabai *
Bagi kita yang gemar
mengkonsumsi masakan pedas tentunya
tidak asing lagi dengan cabai. Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Sumatera Barat menemukan bahwa di dalam cabai terkandung zat
antioksidan. Secara alami, zat ini sangat besar peranannya untuk
mencegah timbulnya penyakit. Meskipun sama-sama gemar citarasa masakan
pedas, namun bila kondisi pencernaan tidak prima, maka efek dari pedas tersebut
akan berbeda pada setiap orang. Karena
itu ada orang sehabis menggigit satu cabai saja sudah berkeringat,
terengah-engah kemudian mulas perutnya. Sebaliknya ada juga yang sudah melahap
satu cobek sambal cabai masih juga belum terlihat efeknya.
Bila demikian, lantas apa
hubungan rasa pedas cabai dengan konflik di kantor ?
Konflik tidak datang tanpa alasan
tetapi terjadi dari tension (tegangan)
yang terus menerus, terlepas apakah ada real
pressure atau tidak. Jika konflik terlanjur muncul maka memahami
bagaimana konflik dikelola akan lebih mudah jika beranalogi dengan bagaimana
mengelola pedasnya sambal cabai. Rasa pedas berpotensi mendatangkan semangat
dan gairah sekaligus juga berpotensi menimbulkan sakit perut yang berkelanjutan.
Demikian
pula dengan daya tahan dan cara pegawai menghadapi konflik di kantor. Bagi orang-orang
tertentu, berkonflik di kantor layaknya seperti memacu adrenalin, seketika rasa pedas berhasil diredam, besok
harinya sudah berkonflik lagi. Seakan-akan mereka telah menikmati antioksidan
dari cabai dan tidak takut menghadapi pedasnya konflik berikutnya di
arena yang berbeda. Lain halnya dengan mereka yang menyikapi konflik
bagai orang yang tidak tahan rasa pedas maka yang terjadi adalah hati panas dan
perut panas terasa sakit menyebabkan mulas, pusing dan stress jika dibiarkan
akan menyebabkan psikosomatis. Konflik terbuka maupun tertutup bila tidak
terselesaikan dengan baik akan menyebabkan yang bersangkutan menarik diri dari
kelompoknya atau tetap bertahan namun tersimpan api dalam sekam, selalu panas
dan berpotensi untuk membakar sekelilingnya. Hubungan sosial di dalam kelompok
terasa tidak nyaman seperti ada duri di dalam daging.
Apapun tujuan yang ingin
dicapai oleh pegawai yang berkonflik, dalam perspektif
kepentingan perusahaan, konflik antar pegawai tidaklah memberikan keuntungan
apapun. Pegawai yang gemar berkonflik
akan dicap sebagai trouble maker dan
pasti mendatangkan masalah bagi kinerja timnya. Dan konflik yang tidak terselesaikan dengan
baik juga akan merugikan banyak pihak. Sehingga secara jangka panjang
perusahaan akan menanggung akibatnya.
Performance perusahaan tidak
hanya didukung oleh keahlian dan ketrampilan para pegawainya tetapi juga
kekompakan dan saling menghargai antar mereka. Di sisi lain hampir tidak mungkin konflik di
kantor dihapuskan, namun bukan berarti tidak bisa dihindari asalkan para
pegawai memiliki tingkat kedewasaan, sikap fleksibel menghadapi permasalahan dan
para supervisor mampu mendetekti potensi konflik kemudian menanggulangi secara
bijak. Maka pedasnya konflik di kantor akan menjadi penyemangat bekerja yang tidak
sampai menjadi penyakit. (ss)
*Pernah dimuat di "Otsormedia" - Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2011-09
*Pernah dimuat di "Otsormedia" - Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2011-09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar