Take It or Leave It ...? *
Seringkali orang berkesimpulan, pegawai mengundurkan diri
karena tidak puas dengan gajinya. Apakah demikian adanya? Di dalam literatur manajemen sdm banyak jawaban mengapa pegawai
meninggalkan kantornya, biasanya karena mendapat kesempatan lebih baik, terlalu sulit bekerja di sini, tidak pernah
nyaman di sini, manajemen yang buruk, tidak bisa melakukan sesuatu dengan
benar. Sejalan
dengan itu, hasil survey Watson
Wyatt Worldwide perusahaan - konsultan kelas dunia yang ditulis di “Strategic
Rewards” menemukan jawaban mengapa pegawai mengundurkan diri: 56% tidak puas dengan manajemen perusahaan, 56% kesempatan berkembang tidak memadai, 50% tidak puas dengan gajinya. Hasil
survey tersebut menarik untuk dicermati terutama prosentasi terbesarnya yaitu
karena tidak puas dengan manajemen perusahaan dan kesempatan berkembang yang tidak
memadai. Dua hal ini seringkali perusahaan “kurang serius” mengelola. Perusahaan
terlanjur terjebak ke dalam pendekatan peningkatan gaji sebagai strategi agar
pegawai betah di kantor. Kebijakan ini tidaklah salah jika memang standar gaji
yang ada masih di bawah perusahaan kompetitor. Namun jangan berharap bahwa
perusahaan akan mampu mempertahankan pegawai terbaiknya hanya dengan pendekatan
ini, selain karena kemampuan finansial internal perusahaan terbatas juga
pendekatan ini terbukti tidak efektif untuk retention
pegawai jangka panjang. Meskipun ada kebijakan peningkatan gaji akan tetapi
pengunduran diri tetap terjadi dan terus terjadi. Menyebabkan
beberapa gangguan di alur kerja.
Loyalitas, integritas, spirit kerjasama terus menerus tidak bisa dibangun
hanya dengan kenaikan gaji. Perusahaan tidak memiliki “road map” pengembangan pegawai bahkan sering terlambat dan baru
sadar manakala satu persatu pegawainya mengundurkan diri dalam rentang waktu
yang berdekatan bak berbaris dalam antrian. Pengembangan pegawai sejatinya
tidak harus disertai dengan penyediaan budget yang besar. Namun urgensi Perencanaan suksesi serta talent management seperti adanya jalur karir, peningkatan hardskill untuk mendukung kompetensi pegawai minimal sesuai dengan
bidang pekerjaan yang ada saat ini akan sangat membantu meningkatkan
produktifitas pegawai. Bilamana program ini ada dan terkonsep pelaksanaannya
maka akan tumbuh perasaan diperhatikan di kalangan pegawai dan potensi pegawai akan berkembang. Selain itu sebuah agenda kerja upaya menumbuhkan
kepuasan pegawai terhadap manajemennya juga penting diperhatikan. Pemimpin di
semua level memiliki wewenang menetapkan tugas dan menilai kinerja bawahannya. Kepemimpinan yang tidak baik bisa mengubah lingkungan kerja menjadi tempat
kerja yang tidak nyaman yang pada akhirnya pegawai
dihadapkan pada kondisi “take it or live
it”.
Manajemen
Bakat memastikan bahwa pegawai diidentifikasi atau direkrut, dikembangkan dan
dipelihara, dalam cara tertentu dimana kontribusi terbaiknya dapat secara penuh
dicapai. Lingkungan kerja yang memiliki
value yang sehat, profesional, dimana tersedia cukup kesempatan untuk
mengembangkan diri yang transparan, menjunjung pola hubungan pimpinan bawahan
yang saling menghargai, dalam jangka panjang diyakini akan mampu menahan laju niat
pegawai mengundurkan diri. Insyaallah.. (ss)
*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-05
*Pernah dimuat di "Otsormedia"-Media Komunikasi Internal Global Outsourcing Service Group Edisi :2012-05